Sabtu, April 17, 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Wisata
Transaksi Bergoyang di Pasar Orang Banjar

Buah-buahan segar hasil bumi Banjarmasin dijual di Pasar Terapung Lhok Baintan. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Transaksi Bergoyang di Pasar Orang Banjar

Syofiardi Bachyul Jb
19 November 2018
A A
Buah-buahan segar hasil bumi Banjarmasin dijual di Pasar Terapung Lhok Baintan. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

MEMBELI sekeranjang buah dan memesan sepiring soto dengan secangkir teh manis dilakukan sambil bergoyang. Bukan kami, pembeli dan penjual, yang bergoyang sendiri, tapi tempat kami bertransaksi, jukung dan klotok, yang bergoyang karena riak Sungai Martapura.

Bustam, perempuan yang saya kira berumur 40 tahun, mendekati klotok yang kami tumpangi dengan jukung-nya. Wajahnya yang tersisa oleh lingkaran jilbab dipolesi bedak beras untuk menamengi kulitnya dari terik matahari.

Kedua tangannya cekatan mengayuh dan mengipas-ngipas pendayung untuk memutar arah jukung, nama untuk perahu kecil di Banjarmasin. Sedangkan klotok adalah nama untuk perahu yang lebih besar dan beratap yang bisa membawa penumpang hingga 20 orang.

Ketika jukungnya merapat, ia menjangkau dinding klotok dan berpegangan dengan tangan kirinya.

Ia menawarkan aneka buah yang dijualnya di atas perahunya. Hanya ada dia dan buah-buahan di depannya di perahu sepanjang empat meter itu. Ada mangga, pisang, sankis lokal, dan jeruk.

Pasar Terapung Lhok Baintan, para perempuan menjual dagangannya dengan perahu jukung. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Oh, ada juga ikan kecil kering. Keranjang anyaman pandan yang kecil tersedia untuk kantongnya. Real, di sini tidak butuh kampanye anti katong plastik untuk belanjaan.

Meski perempuan, ia menyebut di depan namanya “haji”, bukan “hajah”, sebutan yang biasa untuk perempuan muslim yang sudah berhaji.

“Saya tiga tahun jadi TKI di Arab Saudi, balik lagi ke sini sejak enam bulan lalu,” katanya ketika saya tanya dari pinggir klotok di dekat perahunya.

Mungkin melihat saya sedikit melongo mendengar kisah, ia melanjutkan.

“Sejak sebulan lalu saya jadi pedagang lagi di sini karena pasarnya makin ramai oleh turis, dulu nggak ada turis, paling yang beli orang di sekitar sini saja,” ujarnya.

Bustam dari puluhan pedagang perempuan di Pasar Terapung Lok Baintan. Mereka adalah perempuan-perempuan Banjar. Saya langsung teringat perempuan Banjar pertama yang saya kenal, teman satu kampus ketika kuliah yang berasal dari Riau. Ingatan saya adalah, perempuan cantik yang ramah. Menyenangkan.

Itulah yang saya temui hari ini, perempuan-perempuan ramah yang cekatan, meski cantik itu relatif dan subjektif.

Seperti pasar tradisional di darat di pasar terapung juga dijual bumbu dapur dan ikan. (Foto; Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Mereka dengan cekatan mendayung sendiri perahunya di atas Sungai Martapura yang besar dan berwarna coklat muda, membawa dagangan dari rumah dan memburu pembeli dari satu klotok ke klotok berikutnya. Menawarkan dagangan dengan ramah.

Menurut Monalia, sekitar 50 tahun, setiap hari ia berjualan di satu tempat di sungai ini yang disebut Pasar Lok Baintan.

Rumahnya terletak arah ke hulu setengah jam dari lokasi pasar. Ia membawa jeruk sunkis dari kebun sendiri dan buah-buahan lainnya yang dibeli ke tetangga pada malam hari.

Monalia datang dengan mendayung sendiri perahunya. Tidak berat, karena menghiliri sungai. Ketika hendak pulang perahunya bersama perahu pedagang lainnya ditarik klotok dengan sewa Rp2.000.

PASAR KHAS KALSEL

Pasar terapung adalah pasar tradisional khas Kalimantan Selatan. Foto-foto pasar ini terkenal memperlihatkan para perempuan dengan topi pandan bercaping lebar berjualan di atas perahu kecil.

Lebih terkenal lagi setelah sebuah stasiun televisi Jakarta menjadikan sebagai tayangan pembuka. Seorang perempuan pedagang di atas jukung tersenyum menyapa pemirsa dengan jempolnya.

Sekeranjang besar sankis lokal. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Sebelumnya pasar terapung yang terkenal adalah Pasar Terapung Muara Kuin di Kota Banjarmasin. Pasar ini terletak di muara Sungai Kuin yang mengalir ke Sungai Barito. Sungai Barito merupakan sungai terbesar di Kalimantan Selatan dengan lebar sampai 1,2 km. Pasar ini sudah ada sejak Kesultanan Banjar pada abad ke-18.

Pasar terapung ini tercipta karena sungai-sungai merupakan jalur transportasi vital masyarakat Banjar. Boleh dikatakan akses utama adalah sungai dan kendaraannya adalah perahu dan kapal. Jalur darat sangat minim karena umumnya tanah bergambut dan berawa. Sedangkan rumah, warung, dan masjid terletak di pinggir dan menghadap sungai.

Namun seiring perkembangan pembangunan di darat, termasuk pembangunan pasar dan mall, Pasar Terapung Kuin yang terletak di pusat kota pun memudar. Pasar tempat pedagang perantara membeli hasil bumi dari pedagang pun mulai menyusut. Pasar ini semakin sedikit pedagang dan beraktivitas pun lebih pagi, dari Subuh hingga pukul 8 Waktu Indonesia Bagian Tengah. Hanya sekitar 2 jam.

Klotok dan jukung di Pasar terapung Lhok Baintan. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Kemudian populerlah Pasar Terapung Lok Baintan. Sekarang pasar ini menjadi primadona bagi wisatawan untuk menikmati sensasi keunikan pasar terapung. Pasar tradisional ini diperkirakan juga sudah ada sejak Kesultanan Banjar pada abad ke-18. Cuma letaknya di Kabupaten Banjar di bagian hulu Sungai Martapura, sungai dengan badan terlebar 211 meter.

Karena tidak berada di pusat Kota Banjarmasin, kami yang menginap di sebuah hotel di Banjarmasin harus ke sana naik klotok selama 30 menit.

Sungai Martapura melewati Kota Banjarmasin, jadi untuk mencapai dermaga yang menyewakan klotok ke Pasar Lhok Baintan cukup dekat dari hotel. Kami pergi ke Warung Soto Ayam Bang Amat di Jalan Banua Anyar yang terletak di pinggir Sungai Martapura.

Di sana tersedia perahu bermesin atau klotok 26 PK. Klotok beratap rendah dan penumpang bisa duduk di atapnya ini berkapasitas 30 penumpang. Ini versi pemilik klotok, tapi saya baca di sebuah berita versi pemerintah kota maksimal muatan klotok yang dijamin asuransi adalah 20 orang.

Wisatawan asing dan wisatawan domestik di Pasar Terapung Lhok Baintan. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Namun jangan heran, kita bisa menyewanya untuk menikmati Pasar Lok Baintan hanya Rp300 ribu. Ini tarif pergi, pulang, dan menikmati pasar lebih satu jam. Saya hanya menyewa untuk ditumpangi bertiga.

“Tapi turis asing lebih suka men-carter perahu yang lebih kecil dengan tarif separohnya,” kata Haji Amat, pemilik sekaligus operator klotok yang saya sewa.

JANGAN SAMPAI KESIANGAN 

Jika Anda ingin menikmati suasana Pasar Lok Baintan, datanglah pagi sekali. Paling tidak pukul 5.30 WITA sudah berada di dermaga penyewaan klotok. Sebab Pasar Terapung Lok Baintan beraktivias mulai pukul 06.00 hingga 08.00 WITA.

Suasana pagi sangat mendukung pemotretan atau pengambilan gambar video, tentu saja jika cuaca cerah. Sembutan sunrise, meski terkadang posisi kita menghadap matahari terbit, justru bisa menambah sensani objek.

Meski menyusuri Sungai Martapura selama 30 menit, kita bisa menikmati pemandangan yang unik, kehidupan masyarakat Banjar sepanjang sungai. Di kiri-kanan deretan rumah penduduk yang berdiri di badan sungai dengan tiang-tiang terpancang ke dalam air terlihat diselingi tanaman nipah.

Di atas klotok Haji Amat yang saya sewa Rp300 ribu. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Karena berangkat pagi, terlihat penghuni rumah masih beraktivitas mandi dan mencuci menggunakan air sungai. Ada juga warung dan masjid menghadap sungai. Jadi menikmati perjalanan menyusuri sungai seperti menikmati jalan raya saja. Termasuk juga ada rambu-rambu untuk pelayaran yang terpasang di pinggir sungai.

Di Pasar Terapung Lok Baintan tidak ada fasilitas pasar. Hanya pinggir sungai tempat perahu-perahu berisi dagangan berkumpul dan perahu atau klotok pembeli datang bertransaksi. Di klotok tak hanya wisatawan lokal dan asing, tapi juga pembeli lokal. Mereka menawar dan membeli dagangan.

Pasar ini mirip pasar tradisional di darat. Bedanya jika di darat pedagang menggelar dagangan di kios-kios kecil, di sini pedagang membawa dagangannya di atas perahu. Jika di darat pedagang menunggu di kiosnya, di pasar terapung pedagang dengan cekatan memburu calon pembeli ke klotok.

“Ini buah mentega namanya, isinya lebut seperti mentega dan enak, ini buah asli sini,” kata Nurul, seorang pedagang perempuan menawarkan buah sebesar dua kepal berwarna merah hati.

Ia pandai sekali merayu dengan mengajak bercakap. Harga buah yang isinya putih dan enak ini Rp10 ribu per buah. Ia juga menawarkan sankis lokal seharga Rp50 ribu sekeranjang yang harga per biji cuma Rp1.000. Murah sekali.

Pedagangnya ramah-ramah. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Jika pengunjung lapar, ada juga “warung” makanan dan penganan. Jukung berisi penganan seperti kue-kue tradisional juga akan mendatangi klotok Anda. Ada juga nasi kuning, nasi khas Banjar dengan aneka lauk. Bahkan juga ada soto untuk disantap.

Jadi jangan sarapan dulu sebelum berangkat ke Pasar Lok Baintan. Bawa saja perut keroncongan biar bisa menikmati sensani sarapan bergoyang di atas Sungai Martapura.

Pasar juga menjual kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Ada berbagai jenis ikan basah dan kering. Juga ada yang menjual beras, telur, minyak goreng, gula, cabai, bawang, dan sayur-sayuran.

Sesama pedagang juga saling membeli untuk kebutuhan rumah tangga mereka. Konon dulu sebelum uang belum begitu familiar, para pedagang melakukan barter untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Selain itu, juga ada yang menjual kain, tas, sandal, sepatu, dan bedak beras. Khusus untuk wisatawan, sebagai kenang-kenangan juga ada yang khusus menjual souvenir miniatur jukung dan klotok.

Kami pun kembali sambil membawa sekeranjang anyaman rotan buah-buahan segar khas Kalimantan Selatan seharga Rp50 ribu. (Syofiardi bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Tags: banjarmasinkalimantanpasarpasar terapung
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Rantau Malam

Suasana Perkampungan Hulu Serawai

14 Januari 2021
borneo

Tapak Tilas Molengraaff di Borneo

10 Desember 2020
karst

Bertandang ke Ujung Karst

18 November 2020
Luwuk 18 Jam

Luwuk 18 Jam

2 Oktober 2020
Berita Selanjutnya
Sebuah Upaya Membangkitkan Bumi

Sebuah Upaya Membangkitkan Bumi

Discussion about this post

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Cantiknya Gadis-Gadis Minang Berpakaian Adat

Cantiknya Gadis-Gadis Minang Berpakaian Adat

22 Februari 2021
Perkenalkan, Inilah Kebun Apel Pertama di Sumatera Barat

Perkenalkan, Inilah Kebun Apel Pertama di Sumatera Barat

18 September 2017
7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

24 Desember 2016
Saguer dan Cap Tikus di Museum Manado

Saguer dan Cap Tikus di Museum Manado

22 Februari 2021

TERBARU

salak bali
Lingkungan

Menyulap Salak Menjadi Cuka dan Kopi di Agro Abian Salak

Jurnalistravel
31 Maret 2021

porang

Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur

28 Maret 2021
sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.