Minggu, Juli 3, 2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Wisata
Pasar Gembreng Hanya Ada di Solo

Aneka produk di Pasar Gembreng, Solo, Jawa Tengah. (Foto: Eddy J. Soetopo/ JurnalisTravel.com)

Pasar Gembreng Hanya Ada di Solo

Eddy J. Soetopo
27 Januari 2017
A A
Aneka produk di Pasar Gembreng, Solo, Jawa Tengah. (Foto: Eddy J. Soetopo/ JurnalisTravel.com)

BAGI pelancong dari luar Kota Solo, nama pasar tradisional yang satu ini memang terdengar aneh, pasar Gembreng. Tak banyak warga yang tahu pergantian sejumlah nama pasar di Kota Bengawan ini.

Coba saja tanyakan kepada masyarakat Kota Solo, di mana letak pasar Gembreng berada? Mereka hanya tahu pasar yang menggelar dagangan tak lazim, seperti ceret, kompor minyak, wajan, dandang besar hingga kubah masjid dulunya bernama Pasar Kabangan.

Tidak hanya rakyat biasa yang tidak mengetahui sejarah pasar Gembreng, tetapi juga pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Solo maupun anggota DPRD.

Perajin di salah satu toko di Pasar Gembreng, Solo. (Foto: Eddy J. Soetopo/ JurnalisTravel.com)

“Dulu itu namanya pasar Laweyan, terus ganti jadi pasar Kabangan, tapi kalau sekarang istilahnya Pasar Gembreng, malah baru dengar,” ujar mantan Ketua DPRD Kota Solo, YF Sukasno di ruang kerjanya, Jumat (4/5/2017).

“Itu pasti istilahnya pedagang yang nutuki –memukul drum bekas– biar mudah jadilah Sar Gembreng.”

Sesuai namanya, pasar Gembreng, terletak di daerah Solo Barat, di sebelah utara balai kampung Laweyan. Sebelum dikenal sebagai Sar Gembreng, pasar ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Menempati luas lahan sekitar 3.660 meter, pasar yang dibangun sejak pemerintahan Paku Buwono IX dulunya dikenal sebagai Pasar Laweyan.

Sejumlah produk dari seng di Pasar Gembreng. (Foto: Eddy J. Soetopo/ JurnalisTravel.com)

“Dulunya, pasar Kabangan juga jualan bumbu pawon –bahan keperluan dapur – tapi setelah ada pindahan pedagang blek bekas dari Pasar Kadipolo, namanya berubah jadi Sar Gembreng,” ujar Sukasno.

Seorang warga asal kampung Mutihan, Warsono, 67 tahun, menuturkan, pasar Gembreng dulunya berdekatan dengan tempat pemakaman umum Kampung Lor Pasar Laweyan. Pada 1963 njaratan itu sudah dipindah dan pasar Laweyan berganti nama menjadi Kabangan.

“Dulu sebelahnya ada tempat pemakaman, kemudian sudah dipindah, sejak itu pasar Laweyan ganti jeneng Kabangan, terus pedagang barang bekas buat dandang, ceret dari seng di Pasar Kadipolo pindah ke sini,” tuturnya.

Kedatangan para pedagang pindahan dari Pasar Kadipolo, ujar Warsono, pasar Kabangan berubah total. Sejak itulah pasar tradisional berubah sepi. Penjualan sembako dan sayur-sayuran anjlok. Pedagang kios daging dan kain, ikut tergusur penjual peralatan dari seng.

Salah satu toko di Pasar gembreng. (Foto: Eddy J. Soetopo/ JurnalisTravel.com)

“Semua tidak tahan dengan bunyi di bengkel setiap hari memukul drum bekas dibuat ceret dan dandang dari seng, suaranya keras setiap hari begitu,” ujar dia.

Penjual barang di “Kios Bu Wagiyem” berharap pembangunan mall di bekas pabrik es Saripetojo meningkatkan pembeliannya, ternyata tidak. Soalnya, ujar Wagiyem, mall juga menjual ceret dan keperluan rumah tangga lain yang lebih bagus.

“Jadinya kagak ngepek, kami ’kan hanya jualan dandang dan wajan ala kadarnya seperti ini, kalau dibanding-bandingin jelas kalah,” katanya menerawang. (Eddy J. Soetopo/ JurnalisTravel.com)

CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi jurnalistravel@gmail.com. Terima kasih atas bantuan Anda jika membagikan tautan.(REDAKSI)

Tags: pasarsolo
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Rantau Malam

Suasana Perkampungan Hulu Serawai

14 Januari 2021
borneo

Tapak Tilas Molengraaff di Borneo

10 Desember 2020
karst

Bertandang ke Ujung Karst

18 November 2020
Luwuk 18 Jam

Luwuk 18 Jam

2 Oktober 2020
Berita Selanjutnya
Pulau Ini Dipercaya Berasal dari Bekas Pohon Raksasa

Pulau Ini Dipercaya Berasal dari Bekas Pohon Raksasa

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa

11 September 2017
manggarai

Tradisi Orang Kolang di NTT, Leluhurnya dari Minangkabau

22 Februari 2021
Malin Kundang Diduga Kuat Berasal dari Aceh

Malin Kundang Diduga Kuat Berasal dari Aceh

30 Januari 2017
Turis Amerika Mencoba Magis Lukah Gilo

Turis Amerika Mencoba Magis Lukah Gilo

11 Oktober 2018

TERBARU

Kelinci sumatera
Lingkungan

Kelinci sumatera yang Dianggap Hampir Punah Terlihat di Kerinci

Febrianti
3 Juni 2022

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Mentawai

Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai

17 November 2021
Siberut

Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan Menyebabkan Krisis Air di Siberut

4 September 2021
Sungai Buluh

Perhutanan Sosial Sungai Buluh, Layu Sebelum Berkembang

19 Juli 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.