Tradisi yang Menyelamatkan Benda Pusaka Kerinci

Tradisi yang Menyelamatkan Benda Pusaka Kerinci

Pedang dan keris dikeluarkan dari sarungnya untuk dimandikan dengan air jeruk nipis. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

MENYELAMATKAN PUSAKA

Usai menyimpan benda-benda pusaka, acara dilanjutkan dengan Tari Asek. Sekelompok perempuan, kemudian sekelompok laki-laki. Tari asek dilakukan di dalam rumah dengan mengelilingi seorang yang lebih tua. Biasanya saat menari akan ada salah seorang penari yang kesurupan, kemasukan arwah nenek-moyang. Tapi saat itu tidak.

Lampiran Gambar

Benda-benda setelah dibersihkan ditaruh lagi di dalampeti seperti sebelumnya. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Tradisi mensakralkan benda-benda pusaka dengan menyimpan di atas loteng telah menyelamatkan banyak benda-benda kuno Kerinci. Apalagi benda-benda tersebut ada yang diturunkan atau dibersihkan sekali 10 tahun, bahkan 20 tahun. Dan tidak boleh seorang pun menguranginya.

Umumnya benda-benda pusaka yang disimpan, selain senjata seperti keris, pedang, dan tombak, juga naskah yang ditulis di kertas, tanduk kerbau, dan bambu.

Lampiran Gambar

Para anggota keluarga pun berebut air bekas mandian keris untuk kepercayaan menyembuhkan penyakit. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Tradisi ini pula yang menyelamatkan sebuah naskah kuno zaman Adityawarman ketika memerintah di Dharmasraya (sekarang wilayah Sumatera Barat) yang ditulis di atas “daluang” (kulit kayu) diperkirakan pada paruh kedua abad ke-14.

Naskah tersebut yang kemudian terkenal dengan nama Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah ditemukan Uli Kozok, filolog Jerman pada 1999. Naskah ini tersimpan selama berabad-abad di atas loteng sebuah rumah di Tanjung Tanah, tepi Danau Kerinci dan diselamatkan oleh tradisi Kerinci.

Lampiran Gambar

Acara dilanjutkan dengan perempuan melakukan Tari Asek.(Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Kozok menyebut naskah berbahasa Melayu Kuno ini sebagai naskah Melayu tertua di dunia. Sebuah naskah undang-undang yang ditulis sebelum Islam masuk, menghancurkan anggapan bahwa naskah Melayu hanya ada setelah zaman Islam. (Syofiardi Bachyul Jb & Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Tulisan ini berdasarkan liputan dan ditulis November 2012 dan diperbarui Desember 2016. Feriyanto sudah meninggal dunia.

Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com. Terima kasih untuk anda bantu bagikan dengan tautan.(REDAKSI)

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Banjir
Banjir Lebih Sebulan Melanda Dataran Tinggi Kerinci
aksara
Agar Aksara Kuno Kerinci Tidak Punah
Kopi Kerinci Mulai Terancam Perubahan Iklim
Kopi Kerinci Mulai Terancam Perubahan Iklim
Aksara pada Batik Incung Kerinci
Aksara pada Batik Incung Kerinci
Sedapnya Kopi Kerinci di Kota Kopi
Sedapnya Kopi Kerinci di Kota Kopi
Ke Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara Bersama Arung
Ke Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara Bersama Arung