Sabtu, Juni 25, 2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Wisata
Ke Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara Bersama Arung

Arung mendaki Gunung Tujuh. (Foto: Syafrizaldi Aal/ JurnalisTravel.com)

Ke Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara Bersama Arung

Syafrizaldi Aal
18 September 2017
A A
Arung mendaki Gunung Tujuh. (Foto: Syafrizaldi Aal/ JurnalisTravel.com)

MENDAKI gunung dengan melewati jalan setapak di tengah hutan-rimba tentu hal biasa bagi orang dewasa, terlebih para pendaki dan petualang. Tapi tentu lain cerita jika mengajak anak usia enam tahun.

Itulah yang kami lakukan dengan mengajak putra bungsu kami, Arung, yang belum genap tujuh tahun bersama Azzura, kakak perempuannya, berusia 9 tahun. Kami memang memiliki sepasang anak yang ingin sekali kami ajak berpetualang mendaki gunung untuk bekal pengalamannya.

Kami memilih mengajaknya bertualang ke Danau Gunung Tujuh di Kabupaten Kerinci. Sebagai danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Danau Gunung Tujuh adalah hasrat bagi para petualang.  Perjalanan menuju ke sana tentu saja akan berhiaskan pelajaran tentang makna kehidupan.

Angan saya terbang saat saya dan Arung tepat berada di pintu gerbang pendakian ke Danau Gunung Tujuh.  Kami akan menempuh perjalanan yang tentu saja berat.

Danau Gunung Tujuh di Kabupaten Kerinci, danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara. (Foto: Syafrizaldi Aal/ JurnalisTravel.com)

Awalnya kami melewati perladangan penduduk selama satu jam, kemudian pendakian mulai menanjak cukup terjal dan panjang. Saya membimbing tangan Arung, membantunya menaiki undakan penuh akar.

Saya merasakan keintiman kami semakin meningkat seiring canda sepanjang pendakian.  Keintiman ini tentu akan menjadi modalnya saat dewasa kelak.

Kanopi menghadang sinar matahari jatuh ke tanah yang lembab. Suara angin dan kicauan burung membimbing langkah kami.  Ini kali pertama Arung berada dalam dekapan rimba yang sesungguhnya.

“Ayah, kapan sampai di danau?” tanyanya dengan mimik polos.

Arung terlihat kecil di tengah pohon-pohon yang besar di hutan. (Foto: Syafrizaldi Aal/ JurnalisTravel.com)

Tentu dia tidak sabar ingin mencapai ‘finish’’dari perjalanan yang berat. Tetapi lokasi yang dituju masih terlalu jauh untuk dijelaskan. Saya menjawabnya tidak lama lagi agar ia tetap memacu langkahnya bersama aliran keringat.

Seekor burung berpunggung biru, dipadu serpihan kuning di dadanya melintas di depan kami.  Lingkaran biru lebih muda mengungkung matanya dengan paruh merah yang tegas.  Luntur Sumatera menggoda Arung menyelidik. Dia mulai melupakan penat.

Saya berbisik menjelaskan padanya tentang keunikan burung itu. Sementara istri dan anak sulung saya, Azzura, juga terlibat diskusi kecil tentang burung itu.  Saya menceritakan beragam jenis burung yang mungkin hidup di hutan-hujan tropis Sumatera.  Gunung Tujuh adalah bagian Taman Nasional Kerinci Seblat, sebuah kawasan perlindungan alam yang menyimpan beragam kekayaan hayati.

Pelajaran penting tentang ekologi hari itu tentu akan menjadi modal mereka. Di sekolah, teori ekologi mungkin masih sangat dangkal diajarkan.  Tapi di pendakian ini, justru mereka berhadapan langsung dengan kondisi yang sesungguhnya.

Suara lantang siamang sudah tak lagi terdengar siang hari ketika kami beristirahat di ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut, puncak Gunung Tujuh.  Di pendakian, kami sempat melihat rombongan monyet ekor panjang melintas.  Primata lain juga diyakini tinggal bersama di hutan ini.

Arung menggambar menikmati waktu istirahat di tenda di pinggir Danau Gunung Tujuh yang sunyi. (Foto: Syafrizaldi Aal/ JurnalisTravel.com)

Selain kenikmatan mendaki dan berjalan di tengah rimba,  menyaksikan danau Gunung Tujuh yang sunyi dan cukup luas merupakan sensasi tersendiri.  Arung menikmati hawa dingin sembari menikmati api unggun saat tenda kami sudah berdiri persis di tepian danau.

Ikan tersedia sebagai salah satu sumber protein bagi Berang-Berang Sumatera yang hidup di seputaran danau.  Bahkan kepiting danau mudah ditangkap menemani santap malam kami.

Berkemah di tepi Danau Gunung Tujuh berteman malam dan gemintang di langit adalah pengalaman istimewa. Anak-anak tak hanya berlajar menghargai alam, tapi lebih penting mensyukuri nikmat yang telah diberikan Sang Maha Pencipta.

Berada di belantara hutan membuat kami belajar untuk menghargai kehidupan. Saya kembali mengisahkan pelajaran penting buat Arung, alam tak harus ditaklukan. Justru menjadi padu dengan alam adalah tindakan bijak, pun tak boleh membuang sampah sembarangan.

Saya dan Arung memperhatikan perahu ganda membawa para pendaki berkeliling danau.  Sebuah pemandangan indah membentang di hadapan kami. Gunung di seberang danau dihias mendung yang menggantung di cakrawala.  Enggan beranjak pulang sungguh tak terelakkan, padahal petualangan kami baru saja dimulai. (Syafrizaldi Aal/ JurnalisTravel.com)

BACA JUGA: Objek-Objek Terbaik di Kerinci

Tags: danau gunung tujuhkerinci
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Rantau Malam

Suasana Perkampungan Hulu Serawai

14 Januari 2021
borneo

Tapak Tilas Molengraaff di Borneo

10 Desember 2020
karst

Bertandang ke Ujung Karst

18 November 2020
Luwuk 18 Jam

Luwuk 18 Jam

2 Oktober 2020
Berita Selanjutnya
Menyelamatkan Wilayah Adat dengan Sekolah Adat

Menyelamatkan Wilayah Adat dengan Sekolah Adat

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Buka Jalur Baru, Pendaki Temukan Lembah Kura-Kura di Kerinci

Buka Jalur Baru, Pendaki Temukan Lembah Kura-Kura di Kerinci

16 November 2019
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

20 November 2018
Tips Buat Wisatawan di Padang Jika Terjadi Gempa dan Tsunami

Tips Buat Wisatawan di Padang Jika Terjadi Gempa dan Tsunami

17 April 2020
Perkenalkan, Inilah Kebun Apel Pertama di Sumatera Barat

Perkenalkan, Inilah Kebun Apel Pertama di Sumatera Barat

18 September 2017

TERBARU

Kelinci sumatera
Lingkungan

Kelinci sumatera yang Dianggap Hampir Punah Terlihat di Kerinci

Febrianti
3 Juni 2022

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Mentawai

Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai

17 November 2021
Siberut

Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan Menyebabkan Krisis Air di Siberut

4 September 2021
Sungai Buluh

Perhutanan Sosial Sungai Buluh, Layu Sebelum Berkembang

19 Juli 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.