TERSIMPAN DI LOTENG
Setelah itu sang pawang dengan beberapa datuk naik ke lantai dua, kemudian dengan tangga naik ke loteng. Mereka menurunkan tiga peti kayu yang berdebu, membawanya ke lantai bawah dekat sesaji tempat orang ramai menunggu.
Setelah berdoa kembali, sang pawang membuka peti kayu satu persatu. Dari peti pertama ia mengeluarkan sebuah botol kaca pendek yang tua. Di bagian luar botol tercetak menonjol merk: “Catilina's, Best Worm Tablets, prespared: by Weggmeister & Retzogert”. Jelas ini botol obat cacing zaman Kolonial Belanda.
Botol itu hanya tempat menyimpan batu-batu berharga di dalamnya. Ada 20 butir batu di sana direndam dalam minyak kelapa. Ada yang berwarna bening, putih, hitam, dan coklat.
“Ini batu mantiko dari batu badar, semua 20 buah, dua tahun lalu ketika membersihkan hanya tinggal 18, sekarang sudah kembali 20,” kata Saukani
Menurut Saukani, benda-benda pusaka yang tersimpan bisa menghilang sendiri jika tidak rutin dibersihkan dengan upacara. Sebelumnya benda-benda itu sudah dua tahun tidak dimandikan.
Batu-batu itu dan botolnya satu persatu dibersihkan dengan air dan perasan jeruk. Kemudian dimasukkan kembali bersama minyak kelapa yang baru. Minyak sisa akan menjadi rebutan yang hadir karena dianggap berkhasiat menyembuhkan segala penyakit jika dijadikan minyak urut.
Selain itu juga ada segumpal rambut yang tersimpan dalam bakul kecil, Rambut itu dicuci, dikeringkan, lalu disimpan kembali. Ini dipercaya sebagai potongan rambut Datuk Kederuk Ilealamea ketika masih muda.
Peti kedua berisi kitab tua bertuliskan aksara Arab gundul. Tapi kondisinya sudah sangat rapuh, hampir hancur di dalam balutan kain putih. Tidak mungkin lagi dipegang. Kitab ini hanya dibersihkan dari debu yang menempel pada kain pembalutnya. Dalam kotak ini juga tersimpan sebuah mangkok keramik “Made in Holland”.
Pada peti kayu ketiga yang berukuran lebih panjang tersimpan sejumlah senjata. Sebuah keris lurus dengan sarung biru berukiran sulur bunga, mirip ukiran Rumah Gadang Minang dan ujung warna emas. Serta dua buah pedang panjang.
Ketiga senjata ini dicuci dengan air di baskom, lalu dilap, dan diletakkan kembali ke dalam kotaknya. Doa Islam dipanjatkan kembali sebelum ketiga kotak kayu dikembalikan ke atas loteng semula. Tradisi yang sama akan dilakukan kembali setahun lagi.