Riuh Pacu Jawi di Tanah Datar

Riuh Pacu Jawi di Tanah Datar

Lumpur berhamburan ke wajah dan tubuh joki secepat sepasang sapi berlari kencang menuju finish. (Foto: Febrianti/JurnalisTrael.com)

LIPUTAN TERBESAR

Tapi liputan untuk atraksi Pacu Jawi yang paling besar terjadi pada 11 Februari 2012.

“Bayangkan sekitar hampir 300 orang fotografer berada di arena Pacu Jawi dengan ‘senjata-senjata’ berharga dari jutaan hingga ratusan juta rupiah, di samping fotografer Indonesia , juga hadir beberapa rombongan fotografer dari Singapore, Malaysia, India, Korea dan Jerman, dari Malaysia ada dua mantan menteri, yaitu mantan Menteri Pendidikan dan mantan Menteri Keamanan yang ikut memotret, ini semua tentu menjadi proposi wisata yang gratis untuk pariwisata di Sumatera Barat,” kata Nofrins Napilus.

Menurut Khairul Fahmi, Ketua Persatuan Olah Raga Pacu Jawi (PORWI) Tanah Datar, Pacu Jawi diperkirakan sudah berlangsung 400 tahun lalu yang berasal dari Nagari Pariangan, kampung tertua di Minangkabau yang terletak di kaki Gunung Marapi. Ia diperkenalkan Datuk Tante Juguharno yang kuburannya kini terkenal sebagai “kuburan panjang” di Pariangan.

Dari Nagari Pariangan lalu berkembang di empat kecamatan yang berada di kaki Gunung Marapi, seperi Kecamatan Pariangan, Sungai Tarab, Rambatan, dan Limo Kaum.

Tradisi pacu jawi diperkirakan sudah berlangsung lebih empat abad. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Tradisi pacu jawi diperkirakan sudah berlangsung lebih empat abad. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

“Pacu Jawi salah satu permainan tradisional yang bertahan karena tidak melibatkan judi seperti sabung ayam, ini kan permainan anak nagari atau permainan rakyat, adat lebih dulu dari agama, ketika agama masuk, yang melibatkan perjudian seperti sabung ayam hilang, tinggal pacu jawi,” kata Khairul.

Kegiatan pacu jawi, menurutnya, telah ada sejak ratusan tahun menjadi sarana hiburan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, karena selain Pacu Jawi pada mingu keempat atau di acara penutupan  lebih meriah dengan arak-arakan sapi-sapi terbaik yag didandani dengan asesories berupa suntiang serta pakaian. Pada waktu itu juga diadakan prosesi adat oleh para tetua adat.

Khairul mengatakan, pelaksanaan pacu jawi dilakukan bergiliran pada empat kecamatan. Satu kali putaran lomba biasanya empat minggu. Dulunya ada yang digelar setiap Rabu atau setiap Sabtu. Tetapi sekarang dilangsungkan tiap Sabtu.

Acara dilakukan di sawah milik masyarakat setelah selesai masa panen dan tempatnya tidak tetap pada satu lokasi saja. Bila kegiatan diadakan pada satu kecamatan maka peserta dari kecamatan lain akan berdatangan. Dalam satu masa perlombaan, jumlah jawi yang berpacu mencapai 500 hingga 800 ekor.

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Singkarak
Nagari Sumpu Jadikan “Manjalo Ikan Bilih” Sebagai Atraksi Wisata
Tempoyak Jambi
Pesona Tempoyak di Sungai Telang, Jambi
gusmen heriadi
Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi
Mentawai
Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai
sinyal ponsel
Tanpa Sinyal di Lembah Tilir
lukisan
Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta