Selasa, April 13, 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Budaya
aceh

Para perempuan memasak daging kerbau dan lauk-pauk lainnya di Bukit Teungku Lamcot. (Foto: Rina Rahma)

Musim Panen Padi di Lamteuba

Jurnalistravel
22 Februari 2021
A A

Oleh Rina Rahma

PAGI baru saja muncul di Mukim Lamteuba pada Kamis, 12 Maret 2020, ketika masyarakat berbondong-bondong melewati hamparan sawah menuju Bukit Teungku Lamcot.

Dinamai Bukit Teungku Lamcot karena di sana terdapat makam Syech Abdullah Samad atau Tgk. (Teungku) Lamcot, ulama awal di kampung itu.

aceh
Warga beramai-ramai datang ke lokasi kenduri. (Foto: Rina Rahma)

Tak hanya warga biasa, para tokoh desa pun ikut, seperti ketua mukim, Keujruen Blang, petua adat, dan ketua desa.

Mereka menuju bukit yang rindang oleh berbagai jenis tumbuhan tersebut untuk menyelenggarakan perayaan kenduri menyambut musim panen tiba. Pesta adat itu disebut “Khanduri Blang” atau “Khanduri Makam Tgk. Lamcot”.

Mukim Lamteuba berada di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh dan salah satu mukim dalam wilayah Sagoe XXII, mukim pada masa Kerajaan Aceh.

aceh
Para perempuan memasak daging kerbau dan lauk-pauk lainnya di Bukit Teungku Lamcot. (Foto: Rina Rahma)

Udaranya dingin dan tanahnya subur, karena berada di kaki Gunung Seulawah. Daerah itu terkenal karena tanaman ganja.

Sebagai salah satu entitas masyarakat adat di Aceh, warga di Kemukiman Lamteuba masih memegang adat istiadat. Mereka menjalankan tradisi turun-temurun dalam pengelolaan sumber daya lahannya.

Masyarakat Lamteuba mempunyai berbagai bentuk kegiatan adat yang tetap di lestarikan secara turun-temurun. Salah satunya, ya “Khanduri Makam Tgk. Lamcot” yang diperingati setiap tahun ketika musim panen tiba.

Kenduri ini juga disebut  “Khanduri Peusunteng Pade” yang dilaksanakan sebagai bentuk syukur. Warga akan berdoa agar diberikan rezeki hasil panen melimpah, membangun kebersamaan, pelaksanaan adat istiadat, dan menjalin silaturahmi sesama petani.

aceh
Semua penduduk menghadiri kenduri, termasuk anak-anak. (Foto: Rina Rahma)

Seluruh warga yang ada di mukim Lamteuba, baik laki-laki maupun perempuan antusias datang merayakan acara tersebut.

Khanduri tersebut biasanya dipimpin seorang ulama yang digelari Teungku. Ia bertugas membaca doa dan juga melakuan pemotongan kerbau.

Kerbau yang dipotong dibeli dari uang patungan warga. Warga juga bergotong-royong membawa peralatan memasak dan bahan makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan acara.

Kerbau yang dipilih pun bukan kerbau seperti biasanya, tetapi bewarna putih. Jika tak ada kerbau putih, maka akan diganti dengan kerbau hitam.

Bila ada keluarga yang tidak mampu ikut menyumbang membeli kerbau, mereka bisa membawa ayam kampung berwarna hitam sebagai gantinya untuk disembelih dan dimasak. Setelah semua persiapan dilakukan, maka pada saat acara kenduri akan berlangsung sangat khidmat.

“Masyarakat Lamteuba kaya akan berbagai bentuk adat istiadat dan mereka tidak pernah melupakan adat,” kata Anzib, warga Lamteuba yang berprofesi petani.

Berbagai tradisi, katanya, dilakukan warga di Mukim Lamteuba, baik tradisi yang berkaitan dengan alam maupun kehidupan sosial-budaya masyarakat. Tradisi yang berkaitan dengan alam seperti hutan, gunung, dan persawahan.

Nah, tradisi “Khanduri Blang” di makam Tgk. Lamcot berkaitan dengan persawahan karena diadakan saat  memanen padi. Acara diadakan ketika padi telah bunting atau rhoh (berisi dan siap dipanen).

aceh
Perempuan membawa alat masak ke lokasi kenduri dan laki-laki mencari kayu bakar. (Foto: Rina Rahma)

Tujuan diadakan kenduri untuk meminta keberkahan hasil panen kepada Allah Swt melalui salah seorang ulama atau Teungku yang pertama sekali tinggal di daerah Lamteuba dan diyakini memiliki keramat.

“Kenduri ini setiap tahun selalu kami laksanakan,” kata Halimah, warga Desa Pulo, mukim Lamteuba.

Pada hari kenduri diadakan biasanya anak-anak yang bersekolah diliburkan, bapak-bapak yang bekerja mencari nafkah rela untuk tidak bekerja. Semua orang menghentikan rutinitas untuk hadir ke Bukit Tuangku Lamcot. Baik orang dewasa maupun anak-anak, lelaki dan perempuan.

Mereka semua terlibat dalam acara. Mulai dari mempersiapkan bahan bahan makanan seperti membawa beras, memotong kerbau, mencari kayu bakar, memasak, dan menghidangkan. Kemudian setelah berdoa diadakan makan bersama.

Tujuan kenduri tersebut selain untuk meminta berkah hasil panen, juga untuk menolak bala dan meminta hujan untuk kesuburan tanah.

Kenduri diadakan setelah ulama mengeluarkan pendapat yang membolehkan melaksanakan sesuatu yang dapat memberikan manfaat.

Upacara tersebut dilakukan dalam tiga tahap, yakni kenduri pada saat akan turun ke sawah, kenduri pada saat batang padi sudah bulat menjelang bunting, dan kenduri pada saat akan mengeluarkan zakat.

“Khanduri Blang” hanya salah satu dari sejumlah upacara yang terdapat pada masyarakat Aceh Besar, terutama bagi para petani di pedesaan. (Rina Rahma)

(Tulisan feature ini hasil Pelatihan Jurnalisme Warga yang diadakan The Samdhana Institute dengan peserta pemuda komunitas adat se-Indonesia dengan trainer Syofiardi Bachyul Jb secara online pada 31 Agustus -21 September 2020. Rina Rahma adalah mahasiswa dan aktivis Yayasan Rumpun Bambu Indonesia di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh).

Tags: Aceh besarbudaya acehBukit Teungku LamcotKhanduri Blangtradisi di acehtradisi pertanian
BagikanTweetKirim

Baca Juga

sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
aksara

Agar Aksara Kuno Kerinci Tidak Punah

22 Februari 2021
mollo

Energi Adat Seorang Wanita Tua

22 Februari 2021
Berita Selanjutnya
belajar online sika

Siasat Guru Senior Pedesaan Mengajar di Tengah Pandemi

Discussion about this post

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

porang

Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur

28 Maret 2021
Danau Unik Ini Airnya Bisa Menghilang, Kenapa?

Danau Unik Ini Airnya Bisa Menghilang, Kenapa?

30 Desember 2016
Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

4 Januari 2017
porang

Magang di Jepang 9 Bulan Berkat Menanam Porang

16 Januari 2021

TERBARU

salak bali
Lingkungan

Menyulap Salak Menjadi Cuka dan Kopi di Agro Abian Salak

Jurnalistravel
31 Maret 2021

porang

Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur

28 Maret 2021
sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.