Riuh Pacu Jawi di Tanah Datar

Riuh Pacu Jawi di Tanah Datar

Lumpur berhamburan ke wajah dan tubuh joki secepat sepasang sapi berlari kencang menuju finish. (Foto: Febrianti/JurnalisTrael.com)

MENAIKKAN HARGA SAPI

Pertandingan dilaksanakan berulang-ulang. Tidak ada aturan yang ketat. Siapapun boleh datang membawa sapinya untuk pamer kegesitan. Bahkan boleh ikut pacu hingga berkali-kali. Karena ini juga menjadi ajang bisnis sapi pacu, sapi-sapi yang terbaik akan ditandai penonton dan dinamakan sapi juara. Bila akan dijual, harganya naik hingga dua kali lipat.

Salah satu sapi yang harganya naik lebih dua kali harga normal karena selalu menang pacu jawi. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Salah satu sapi yang harganya naik lebih dua kali harga normal karena selalu menang pacu jawi. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

“Modal membeli sapi ini setahun lalu Rp7 juta, sekarang sudah ada yang menawar Rp18 juta, tapi belum mau saya lepas, kalau ada yang menawar Rp20 juta baru saya lepas,” kata Israb, warga Nagari Gurun, Sungai Tarab.

Sapi Israb berkali-kali ikut Pacu Jawi dan sering sukses berlari lurus hingga ke garis akhir, walau sekali-kali juga gagal. Ia mengaku berbisnis sapi untuk pacuan jauh lebih untung daripada menjual “jawi pedaging”.

“Kalau jawi pedaging, beli bibitnya Rp7 juta dua tahun kemudian dijual Rp15 juta, kalau jual jawi pacu, dengan modal 7 juta, dalam jangka enam bulan bahkan tiga bulan bisa laku Rp15 juta, apalagi sekarang pacu jawi makin sering diadakan,“ kata Israb.

Pacu jawi memang menjadi permainan paling digemari warga di empat kecamatan yang punya tradisi Pacu Jawi di Tanah Datar, seperti di Kecamatan Rambatan, Pariangan, Limo Kaum, dan Sungai Tarab sejak dulu yang diwariskan turun-temurun.

Lima tahun terakhir, atraksi Pacu Jawi makin luas dikenal hingga keluar negeri karena dipopulerkan dunia fotografi. Apalagi setelah beberapa fotografer memenangkan juara lomba foto dengan objek Pacu Jawi. Salah satunya  fotografer asal Malaysia Wei Seng Chen yang meraih Sports Single Action World Press Photo 2013.

“Pacu Jawi memang fenomenal, dalam lima tahun terakhir sudah banyak fotografer yang mendapatkan penghargaan Internasional  karena foto Pacu Jawi dan ini membuat Pacu Jawi makin dikenal luas,” kata Nofrin Napilus, pemerhati Pariwisata Sumatera Barat.

Sapi dibersihkan setelah pacuan usai. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Sepasang sapi disiapkan untuk mengikuti lomba. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Nofrin orang yang paling getol mengenalkan atraksi Pacu Jawi kepada fotografer dalam dan luar negeri untuk memotret Pacu Jawi di Sumatera Barat.

Pada 29 September 2009 adalah kejadian yang paling berkesan bagi Nofrins Napilus saat mendampingi 55 fotografer dari lima negara saat hunting foto Pacu Jawi di Tanah Datar yang dibawa oleh fotografer nasional Kristupa Saragih.

“Saat itu ada kecelakaan di arena Pacu Jawi yang menimpa fotografer dari Taiwan, walaupun sudah diinformasikan aspek Pacu Jawi dan karakter-karakter Jawi yang berpacu, tetapi tetap saja ada yang mencoba untuk lebih mendekat ke arah jalur larinya sapi, padahal sang jawi bisa tidak terduga larinya, tergantung mau-maunya saja,” kata Nofrins.

Tiba-tiba seekor  sapi berbelok ke arah serombongan fotografer yang berada di pematang sawah. Melihat gelagat itu semua mencoba menghindar dan mundur.

“Salah seorang fotografer asal Taiwan yang berbadan agak gemuk juga mundur, tapi kurang waspada sehingga tergelincir ke belakang, karena beban badannya dan posisi jatuh yang kurang baik, sehingga engsel bahunya bergeser, dia  langsung dibawa ke Padang sebelum diterbangkan ke Singapura,” kata Nofrins.

Jika joki terjatuh, sapi pun lari tanpa kendali. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Jika joki terjatuh, sapi pun lari tanpa kendali. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Rombongan yang tinggal keesokan harinya pulang ke Padang saat terjadi gempa besar 30 September 2009.

“Ketika kami dalam perjalanan dengan mobil, mobilnya oleng, ternyata gempa besar, malam itu juga sampai ke Padang, rombongan fotografer dari Singapore langsung dijemput Pemerintahnya ketika landasan sudah bisa didarati secara darurat,” kenang Nofrins.

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Singkarak
Nagari Sumpu Jadikan “Manjalo Ikan Bilih” Sebagai Atraksi Wisata
Tempoyak Jambi
Pesona Tempoyak di Sungai Telang, Jambi
gusmen heriadi
Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi
Mentawai
Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai
sinyal ponsel
Tanpa Sinyal di Lembah Tilir
lukisan
Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta