Menelusuri Keunikan Kota Tambang Sawahlunto

Menelusuri Keunikan Kota Tambang Sawahlunto

Patung sejarah orang rantai, seorang mandor Belanda mengawasi para pekerja tambang batubara. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

TUR 186 METER

Beberapa lubang sengaja ditutup dengan semen beton karena ditemukan banyak tengkorak saat penggalian. Tengkorak-tengkorak itu diduga bekas mayat para “orang rantai” dan dikuburkan dipemakaman khusus “Orang Rantai” Sawahlunto di sebuah bukit.

Menara Sentra Listrik tenaga uap era kolonial yang kini dijadikan menara masjid. (Foto: SyofiardiBachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Menara Sentra Listrik tenaga uap era kolonial yang kini dijadikan menara masjid. (Foto: SyofiardiBachyul Jb/JurnalisTravel.com)

“Pemandu kebatinan atau paranormal yang menemani renovasi menyarankan untuk menutupnya agar tidak bermasalah kepada pengunjung,” kata Kiplik.

Kami dibawa menuju ujung lubang mendatar dengan tur sejauh 186 meter. Di sini kami merasakan nikmatnya oksigen yang dialirkan melalui pipa blower berdiameter 30 cm dari atas. Tanpa blower, oksigen di ujung terowongan hanya tinggal 15 persen.

“Ada informasi lubang ini dulunya tembus ke sentra listrik (central electrice-red) tenaga uap, para pekerja langsung memasok batubara ke sana lewat lubang,” kata Kiplik.

Saya pernah mendengar dari saksi mata, seorang mantan pejuang 45 di kota ini yang menggunakan terowongan bekas sentra listrik tersebut sebagai perakitan granat ketika melawan pendudukan Jepang pada 1940-an dan lubangnya tembus di sekitar Lubang Mbah Soero. Tapi terowongan itu sudah tertutup jika masuk dari ruang bawah tanah sentra listrik.

Jika itu benar, sangat mengagumkan. Jaraknya dari tempat kami sekitar 160 meter dan bersisian dengan sungai Batang Lunto yang membelah kota. Sentra listrik bertenaga uap itu dibangun pada 1894 di lokasi yang jauh lebih tinggi dekat stasiun kereta api. Tapi tutup pada 1924 setelah sentra listrik yang baru dibangun di Salak, sekitar 5 km dari sana.

Kini di atas bekas sentra listrik itu dibangun Masjid Agung Nurul Islam sejak 1952 dan menaranya yang tinggi dijadikan menara masjid.

“Ada rencana penggalian Mbah Soero Tunnel akan dilanjutkan,” kata Kiplik.

Di luar pintu lubang, patung seorang Belanda penjaga sedang mengawasi dua pekerja tambang mendorong gerobang besi rel penuh “emas hitam” yang berkilat diterpa sinar matahari. Rantai bekas para pekerja, yang asli, dipajang di gedung “Info Box” di dalam kotak kaca.

Kota Tambang Sawahlunto di bawah bayang-bayang bangunan Sllo, penyaring batubara (kiri) dan gedung kantor pertambangan (kanan). (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Kota Tambang Sawahlunto di bawah bayang-bayang bangunan Sllo, penyaring batubara (kiri) dan gedung kantor pertambangan (kanan). (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Sebelum pergi, penjaga menyerahkan sertifkat Lubang Mbah Soero sembari memberikan kelebihan uang tiket masuk. Saya tercatat sebagai pengunjung wisata menelusuri terowongan Mbah Soero.

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa
Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?
Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah