Sabtu, Juni 25, 2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Wisata
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat

Sisa dermaga Pulau Cingkuak di Painan, Pesisir Selatan yang dibuat VOC pertengahan abad ke-17 sebelum menguasai Padang. (Foto: JP/Syofiardi Bachyul Jb)

Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat

Syofiardi Bachyul Jb
4 Januari 2017
A A
Bekas genteng zaman Kolonial Belanda yang berserakan di Pulau Pisang Gadang. Diduga bekas gedung-gedung yang kini tak berbekas lagi. (Foto: Courtesy Sea Turtle Information of Indonesia/Setia)

PULAU itu kecil kelilingnya hanya 2 km, tapi sangat penting di era Kolonial Belanda. Itulah Pulau Pisang Gadang yang terletak 1,7 km dari Pantai Air Manis, lokasi yang terkenal dengan objek wisata “Batu Malin Kundang”, si anak durhaka di Kota Padang, Sumatera Barat.

Pulau Pisang Gadang sangat penting karena dijadikan pelabuhan tak lama setelah VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie in Dutch) menguasai Kota Padang pada abad ke-17.

Pulau Pisang Gadang di balik Pulau Pisang Ketek dipotret dari pantai Air Manis, Padang. (Foto: Courtesy BPCB Batusangkar)

VOC memulai pertahanan maritim di pantai Barat pulau Sumatera dengan membuat benteng yang sekaligus kantor dagang di Pulau Cingkuak, Kabupaten Pesisir Selatan pada 1663. Benteng ini dibuat untuk menghadapi dan mengusir orang-orang Aceh yang sedang berkuasa di pantai barat dan ancaman Inggris dari Bengkulu.

Dari Pulau Cingkuak, VOC merebut Padang tiga tahun kemudian. Setelah memastikan kedudukannya kuat, VOC membangun benteng dan kamar dagang di Muaro Padang, kemudian pelabuhan untuk monopoli perdagangan rempah.

Peta Pulau Pisang dengan Pelabuhan (Reede) era Kolonial Belanda. (Sumber: Gusti Asnan)

Tapi Muara Padang tidak representatif untuk pelabuhan. Muara sungai Batang Arau di samping Gunung Padang itu, berbahaya dilewati kapal besar karena terlalu dangkal, bermulut sempit, dan berombak besar. Akhirnya VOC membangun pelabuhan perantara yang disebut Reede di Pulau Pisang Gadang yang berjarak 3,2 km dari Muara Padang.

Kapal-kapal besar berlabuh di timur pulau ini dan muatannya diangkut dengan kapal kecil ke Muara Padang. Sebaliknya, muatan dari Padang akan diangkut ke pulau ini terlebih dulu untuk dimuat ke kapal besar.

Halaman 1 dari 5
12...5Selanjutnya
Tags: heritagepelabuhan
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Rantau Malam

Suasana Perkampungan Hulu Serawai

14 Januari 2021
borneo

Tapak Tilas Molengraaff di Borneo

10 Desember 2020
karst

Bertandang ke Ujung Karst

18 November 2020
Luwuk 18 Jam

Luwuk 18 Jam

2 Oktober 2020
Berita Selanjutnya
Surfing di Mentawai Bayar Rp1 Juta per Orang

Surfing di Mentawai Bayar Rp1 Juta per Orang

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Buka Jalur Baru, Pendaki Temukan Lembah Kura-Kura di Kerinci

Buka Jalur Baru, Pendaki Temukan Lembah Kura-Kura di Kerinci

16 November 2019
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

20 November 2018
Tips Buat Wisatawan di Padang Jika Terjadi Gempa dan Tsunami

Tips Buat Wisatawan di Padang Jika Terjadi Gempa dan Tsunami

17 April 2020
Kelenteng Tua Kota Padang Akan Dijadikan Museum

Kelenteng Tua Kota Padang Akan Dijadikan Museum

22 Februari 2021

TERBARU

Kelinci sumatera
Lingkungan

Kelinci sumatera yang Dianggap Hampir Punah Terlihat di Kerinci

Febrianti
3 Juni 2022

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Mentawai

Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai

17 November 2021
Siberut

Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan Menyebabkan Krisis Air di Siberut

4 September 2021
Sungai Buluh

Perhutanan Sosial Sungai Buluh, Layu Sebelum Berkembang

19 Juli 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.