PULAU itu kecil kelilingnya hanya 2 km, tapi sangat penting di era Kolonial Belanda. Itulah Pulau Pisang Gadang yang terletak 1,7 km dari Pantai Air Manis, lokasi yang terkenal dengan objek wisata “Batu Malin Kundang”, si anak durhaka di Kota Padang, Sumatera Barat.
Pulau Pisang Gadang sangat penting karena dijadikan pelabuhan tak lama setelah VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie in Dutch) menguasai Kota Padang pada abad ke-17.
VOC memulai pertahanan maritim di pantai Barat pulau Sumatera dengan membuat benteng yang sekaligus kantor dagang di Pulau Cingkuak, Kabupaten Pesisir Selatan pada 1663. Benteng ini dibuat untuk menghadapi dan mengusir orang-orang Aceh yang sedang berkuasa di pantai barat dan ancaman Inggris dari Bengkulu.
Dari Pulau Cingkuak, VOC merebut Padang tiga tahun kemudian. Setelah memastikan kedudukannya kuat, VOC membangun benteng dan kamar dagang di Muaro Padang, kemudian pelabuhan untuk monopoli perdagangan rempah.
Tapi Muara Padang tidak representatif untuk pelabuhan. Muara sungai Batang Arau di samping Gunung Padang itu, berbahaya dilewati kapal besar karena terlalu dangkal, bermulut sempit, dan berombak besar. Akhirnya VOC membangun pelabuhan perantara yang disebut Reede di Pulau Pisang Gadang yang berjarak 3,2 km dari Muara Padang.
Kapal-kapal besar berlabuh di timur pulau ini dan muatannya diangkut dengan kapal kecil ke Muara Padang. Sebaliknya, muatan dari Padang akan diangkut ke pulau ini terlebih dulu untuk dimuat ke kapal besar.