Magang di Jepang 9 Bulan Berkat Menanam Porang

porang

Hasil olahan porang produksi perusahaan Jepang yang dibawa Agus. (Foto: Markus Makur)

porang

Agustinus Adil bersama pastor parokinya, Bernardus Palus mengunjungi kebunnya. (Foto: Markus Makur)

PETANI porang di Nusa Tenggara Timur, Agustinus Adil beruntung bisa mengikuti kegiatan magang selama sembilan bulan di Jepang. Ia magang di sejumlah perusahaan pengolah porang dari Maret 2020 hingga 20 Desember 2020.

Petani berusia 49 tahun tersebut kini sudah berada di kampungnya di Kampung Lendo, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Ia siap menerapkan ilmu yang ia peroleh selama di Jepang.

Pada Minggu, 20 Desember 2020, Agus, panggilan akrabnya menerima JurnalisTravel.com. Ia menceritakan kegiatannya menanam porang dan belajar di Jepang.

Porang adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri yang sedang naik daun. Petaninya ada yang kaya-raya karena mengekspor porang ke negeri Jepang. Porang sangat dibutuhkan di Jepang sebagai bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, pembuatan lem, dan jelly.

Agus mulai menanam porang di kebunnya di sebuah bukit di Kampung Lendo pada 2010. Kampung tersebut berada di pelosok Kabupaten Manggarai Timur.

“Awalnya saya menanam 30 pohon porang, kemudian bertambah hingga saya mesti tinggal di kebun mengurusnya, kini di kebun saya sudah ada 1,2 juta tanaman porang,” ujarnya.

Agus menceritakan, saat memulai menanam porang pada 2010, orang belum begitu tertarik dengan tanaman tersebut. Tanaman porang menjadi tanaman liar yang tersebar di hutan dan kebun milik warga.

porang

Pastor Paroki Santa Theresia, Mbata, Romo Bernardus Palus, Pr memperlihatkan jelly dari bahan porang yang dibawa Agus dari Jepang. Di sampingnya anggota DPRD Manggarai Timur Tarsan Talus, Ketua DPRD Manggarai Timur Heremias Dupa, Kepala Dinas Pertanian Manggarai Timur John Sentis. (Foto: Markus Makur)

Saat itu orang belum mengetahui manfaat tanaman porang. Belakangan banyak pembeli yang mencari tanaman porang untuk diekspor ke luar negeri karena manfaatnya.

"Saya terus tekun dan fokus menanam porang di lahan saya hingga awal 2020 seorang Pastor Paroki Mbata, Romo Bernardus Palus, melirik tanaman porang saya dan datang melihat ke kebun," katanya.

Setelah melihat, imam tersebut memberitahu relasinya di Jakarta. Relasinya tersebut tertarik dan memesan. Juga ada relasi imam di Jepang yang juga tertarik hingga langsung datang berkunjung ke kebunnya.

"Saya tak menduga imam tersebut menawari saya untuk magang ke Jepang, saya  memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, belajar langsung cara mengolah bahan-bahan porang untuk berbagai keperluan produk makanan dan minuman di Negari Jepang,” katanya.

Romo Bernardus Palus juga membantunya mengurus paspor dan administrasi sebelum ke Jepang.

Di Jepang Agus belajar langsung di pabrik pengolahan porang yang mengolah porang menjadi produk makanan dan minuman.

“Di sana mempelajari teori hanya beberapa persen, lebih banyak praktik langsung,” ujarnya.

Setiap orang Jepang, kata Agus, memiliki inovasi sendiri dan menghasilkan produk sehingga Jepang bisa menjadi negara maju.

porang

Agustinus Adil. (Foto: Markus Makur)

Di Jepang Agus juga harus beradaptasi dengan Bahasa Inggris. Karena tinggal di kampung dengan Pendidikan Sekolah Dasar, ia belum mahir berbahasa Inggris. Karena itu ia belajar langsung berbahasa Inggris dengan orang-orang dari berbagai negara yang sama-sama magang di Jepang, seperti dari Amerika, Afrika, dan Asia lainnya.

"Kampung Lendo sudah dikenal di Jepang sebagai kampung penghasil tanaman porang di Provinsi Nusa Tenggara Timur, impian saya, NTT dijadikan provinsi tanaman porang," katanya.

Pastor Paroki Mbata, Bernardus Palus kepada JurnalisTravel.com mengatakan mengenal Agus saat perayaan misa di Paroki Mbata.

“Dia selalu menceritakan tentang tanaman porang, kemudian saya ada pelayanan pastoral di Kampung Lendo, saat itu saya pergi langsung ke kebunnya yang penuh dengan tanaman porang, ada juga pohon kayu yang ditanam, seperti sengon, ara, dan meni, tanaman pohon itu menghasilkan sumber mata air," ujarnya, Minggu, 20 Januari 2020.

Bernardus memotret tanaman porang itu dan mengirimakn fotonya kepada relasinya di Jakarta, Jepang, dan Jerman.

Saya bertemu dengan relasi saya itu saat bertugas di Lembor, Manggarai Barat. Kemudian mereka berkunjung langsung ke kebun Agus di Kampung Lendo. Setelah kunjungan itu, ia mengirim Agus untuk magang pada Maret 2020 dan pulang 20 Desember 2020.

“Agus ke sana untuk menimba ilmu pengolahan tanaman porang menjadi produk makanan dan minuman,” katanya.

porang

Tanaman porang populer di Jepang karena bisa diolah menjadi aneka makanan dan minuman, seperti produk ini contoh yang dibawa Agus ini. (Foto: Markus Makur)

Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur Heremias Dupa memperlihatkan kebanggaannya kepada Agustinus Adil. Ia datang ke Kampung Lendo mengunjungi Agus yang baru pulang dari Jepang.

Heremias mengatakan, kini Manggarai Timur sudah dikenal di Negeri Sakura sehingga masyarakat Manggarai Timur harus bersemangat menanamnya di lahan-lahan masing-masing.

"Agustinus Adil sudah mengharumkan nama Manggarai Timur dengan usaha kerasnya menanam porang di kampung terpencil, semangatnya memicu kita agar giat menanam porang," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur John Sentis menyebutan petani yang menanam porang di Manggarai Timur tersebar di Kecamatan Kota Komba, Lambaleda, Elar, dan Elar Selatan.

Ia mengatakan saat ini Pemerintah Daerah Manggarai Timur baru membantu pupuk organik, sedangkan untuk bantuan benih belum.

“Benih porang belum disertifikasi sehingga belum ada benih yang bisa disalurkan, saat ini benih yang ada ditanam saja di lahan masing-masing," katanya.

porang

Kebun porang milik seorang warga di Desa Rana Kulan, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai, NTT, awal Desember 2020. (Foto: Markus Makur)

Ketika Agus kembali dari Jepang, keluarganya dan warga Kampung Lendo menyambut di pintu gerbang kampung. Sampai di rumahnya dilangsungkan ritual adat oleh keluarga dan warga kampung, sekaligus misa syukur atas kembalinya dia dari Negeri Sakura.

Tak hanya itu, pastor parokinya, Bernardus Palus juga datang ke rumahnya bersama Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur Heremias Dupa dan Kepala Dinas Pertanian Manggarai Timur John Sentis. Pastor dan kedua pejabat dibawa Agus ke kebunnya di perbukitan yang penuh dengan tanaman porang dan pepohonan.  (Markus Makur)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

porang
Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur
sinyal ponsel
Tanpa Sinyal di Lembah Tilir
mollo
Energi Adat Seorang Wanita Tua
manggarai
Tradisi Orang Kolang di NTT, Leluhurnya dari Minangkabau
guru 3t
Penghargaan Buat Khamdan, Guru yang Berprestasi di Sekolah 3T
NTT internet
Kerja Keras Jurnalis di Kampung Minim Internet di NTT (1)