Kesunyian di Kapo-Kapo Mandeh

Kesunyian di Kapo-Kapo Mandeh

Pulau Cubadak di Kawasan Mandeh. Kapo-Kapo terletak di bagian barat pulau ini. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

SNORKELING PERTAMA SAYA

Kami bergegas turun dari kapal dan naik boat ke lokasi snorkling. Sebagian penumpang menunggu di kapal melihat atraksi jumping beberapa pemuda Mandeh dari tebing batu Pulau Sironjong.

Bagan nelayan yang unik terlihat dari jendela boat. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Bagan nelayan yang unik terlihat dari jendela boat. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Kami dibawa ke lokasi snorkeling melihat terumbu karang.Hari itu saya nekat belajar snorkeling, walaupun tidak bisa berenang. Melihat keindahan bawah laut merupakan impian terpendam saya yang hari itu harus diwujudkan.

Saya diajari snorkeling oleh Tanjung, pelatih selam di Mandeh. Pertama kali menggunakan snorkeling terasa mengerikan, saya langsung megap-megap karena air laut ternyata menelusup ke hidung.Terasa asin dan pahit. Tak mau menyerah, akhirnya pada ceburan keempat saya berhasil menggunakan snorkeling, lalu dibawa berenang berkeliling melihat terumbu karang yang ada di kedalaman empat meter itu.

Menakjubkan, untuk pertama kalinya saya melihat terumbu karang acropora berwarna ungu. Juga menyaksikan terumbu karang otak, ditambah dengan ikan-ikan karang yang berenang di sana. Benar-benar pengalaman pertama yang tak terlupakan. Menjelang sore kami kembali.

Dengan luas 18 ribu hektare, kawasan Mandeh tak cukup dikunjungi dalam sehari. Saya datang lagi ke Mandeh awal Juni menjelang Ramadan. Kali ini lewat jalur darat bersama empat teman, Doni, dan tiga lainnya yang menjadi  pegiat wisata di Mandeh, Siti Fatimah, Zuhrizul Chaniago dan Echa. Mereka sudah dua tahun mengabdikan diri membantu masyarakat di Mandeh mengelola pariwisata.

Turun dari boat di pantai Kapo-Kapo. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Turun dari boat di pantai Kapo-Kapo. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Dari pantai Carocok kami naik boat Pak Mijan. Saat boat melaju terlihat iring-iringan perempuan memakai sunting dan busana adat minang, juga naik boat membawa junjungan nampan ditutup kain bersulam. Kata Pak Mijan, itu para perempuan yang akan berkunjung ke rumah mertua, membawa daging, dan makanan. Ritual tahunan menjelang Ramadan di Mandeh.

Laut hari itu tak tenang. Gelombang sedang tinggi karena gravitasi bulan. Kami berlayar menunju Pulau Setan. Salah satu pulau kecil yang indah. Sampai di sana mengejutkan sekali, ternyata gelombang pasang dalam seminggu terakhir telah mengikis sebagian besar pasir putih di pulau Itu.

Saya ingat setahun lalu pernah jalan-jalan di atas pasirnya yang luas. Kini nyaris tidak ada lagi, tinggal kumpulan pohon-pohon yang ada di tengah pulau. Karena sedih, kami tidak jadi turun dan melanjutkan perjalanan ke Kapo-Kapo di Pulau Cubadak.

Kami singgah ke tempat pembesaran kerapu milik masyarakat yang berada beberapa di tengah laut. Kerapu dalam jaring apungnya besar-besar berwarna hitam. Ternyata bangunannya yang terdiri dari dua kamar mulai difungsikan untuk homestay terapung yang dikelola masyarakat. Menarik sekali, bermalam di tengah laut dikelilingi ikan kerapu.

Jalur evakuasi tsunami di Kapo-Kapo Pulau Cubadak. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Jalur evakuasi tsunami di Kapo-Kapo Pulau Cubadak. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Memancing Kupu-Kupu di Dangau Saribu
Memancing Kupu-Kupu di Dangau Saribu
Bukik Sakura Maninjau
Melihat Bulat Danau Maninjau di Bukit Sakura
Singkarak
Nagari Sumpu Jadikan “Manjalo Ikan Bilih” Sebagai Atraksi Wisata
Air Terjun Lubuak Bulan
Air Terjun Lubuak Bulan, Air Terjun Unik yang Ditelan Bumi
Nyarai
Ekowisata Nyarai Tetap Bertahan Meski Pandemi
Wisata Bonjol
Potensi Ekowisata Lubuk Ngungun di Bonjol Akan Dikelola