Selasa, April 6, 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Sejarah
Benteng Fort Marlborough, Jejak Kolonisasi Inggris di Bengkulu

Benteng Marlborough dari atas gerbang pertama. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Benteng Fort Marlborough, Jejak Kolonisasi Inggris di Bengkulu

Jurnalistravel
19 Desember 2016
A A
Sebuah meriam yang dapat diputar arahnya di sisi Barat Fort Marlborough mengintai pelabuhan.(Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
SEBUAH meriam yang dapat diputar arahnya di sisi Barat Fort Marlborough mengintai pelabuhan. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

BENTENG itu begitu besar dan utuh. Suasana sebuah benteng sebagai pertahanan begitu terasa. Lokasinya seluas 44 ribu meter persegi dibangun di tanah yang tinggi, mirip di atas sebuah bukit.

Berdiri di atasnya, kita bisa melihat ke arah pelabuhan dan mengawasi lautan. Sejumlah meriam dengan dudukan besi lingkar untuk mengubah arah, siap menembak musuh yang datang dari Samudera Hindia. Di sisi lain menghadap ke darat, pandangan juga bebas mengawasi kota. Meriam mengintai di tiap sudut bangunan.

Itulah Fort Marlborough, sebuah benteng yang disebut terbesar di Asia Tenggara. Peninggalan Inggris zaman East India Company (EIC) di Kota Bengkulu, di provinsi yang namanya juga sama dengan ibu kotanya. Yang membuat Anda akan berdecak kagum di sini adalah struktur benteng masih terlihat sempurna, asli, dan rapi. Padahal benteng ini sudah berusia hampir tiga abad.

Kolonisasi Inggris di Bengkulu adalah cerita perebutan sumber peppers (rempah) di Nusantara pada abad ke-17. Persaingan yang ketat antara kerajaan lokal Banten dan Aceh di pantai barat Sumatera dengan Inggris dan Belanda dari Eropa, menyebabkan Inggris lebih memilih Bengkulu.

Benteng Marlborough dari atas gerbang pertama. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
BENTENG Marlborough dari atas gerbang pertama. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Bengkulu gagal dikuasai Aceh, tetapi tidak bisa lepas dari pengaruh Kerajaan Banten. Inggris yang membidik kota-kota pesisir di wilayah Sumatera Barat, seperti Pariaman, Tiku, dan Indrapura, berhasil diusir Belanda. Belanda juga berhasil menyingkirkan Inggris dari Banten yang muncul sebagai bandar internasional transaksi lada.

Kondisi inilah menyebabkan Inggris menancapkan kukunya di Bengkulu sejak kedatangan 1685. Tapi para pendatang tidak aman dari ancaman penduduk lokal dan kekuatan luar. Sebuah benteng perlu didirikan.

Fort Marlborough dibangun selama lima tahun antara 1714 hingga 1719. Joseph Collet adalah orang di balik pembangunan benteng ini. Collet datang ke Bengkulu, waktu itu Inggris menyebutnya Bencoolen, sebagai wakil gubernur EIC untuk Timur Jauh. Gubernur EIC sendiri berkedudukan di Madras (kini Chennai, India).

Ketika datang ke Bengkulu pada 1712, Collet mendapatkan sebuah benteng tua yang akan dipimpinnya. Benteng itu bernama Fort York yang didirikan pada 1687. Fort York berdiri di atas sebuah bukit kecil di pinggir Sungai Serut yang bermuara di Kota Bengkulu, berjarak tiga kilometer dari Fort Marlborough.

Desain (plan) Fort Marlborough yang disalin dari dokumen asli 27 Februari 1712 dan halaman dalam benteng. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
DESAIN (plan) Fort Marlborough yang disalin dari dokumen asli 27 Februari 1712 dan halaman dalam benteng. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Tapi kondisi benteng ini sangat menyedihkan. Lingkungannya buruk, selain dekat sungai dan hutan mangrove, juga dikelilingi rawa. Para penghuninya banyak yang mati karena diserang malaria, disentri, dan kolera. Sebuah laporan zaman itu menyebutkan, Fort York yang kecil itu pernah dihuni lebih seratus orang, 40 di antaranya serdadu Inggris, yang dilengkapi 30 meriam.

Halaman 1 dari 4
12...4Selanjutnya
Tags: bengkulubenteng
BagikanTweetKirim

Baca Juga

marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021

Mengangkat Kemegahan Dharmasraya

24 Desember 2019
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

20 November 2018
Menapaki Jejak Minangkabau di Flores

Menapaki Jejak Minangkabau di Flores

14 Februari 2018
Berita Selanjutnya
Atraksi Budaya di Arena Tour de Singkarak Ketujuh

Atraksi Budaya di Arena Tour de Singkarak Ketujuh

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Cantiknya Gadis-Gadis Minang Berpakaian Adat

Cantiknya Gadis-Gadis Minang Berpakaian Adat

22 Februari 2021
Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa

11 September 2017
Tiga Hari Tiga Malam Menyusuri Sungai Rokan

Tiga Hari Tiga Malam Menyusuri Sungai Rokan

13 Januari 2017
Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

4 Januari 2017

TERBARU

salak bali
Lingkungan

Menyulap Salak Menjadi Cuka dan Kopi di Agro Abian Salak

Jurnalistravel
31 Maret 2021

porang

Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur

28 Maret 2021
sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.