Rabu, April 7, 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Wisata
Tes Keperawanan Ala Candi Sukuh

Relief di daerah sakral Candi Sukuh. (Foto: Eddy J.Soetopo/ JurnalisTravel.com)

Tes Keperawanan Ala Candi Sukuh

Eddy J. Soetopo
18 September 2017
A A
Relief di daerah sakral Candi Sukuh. (Foto: Eddy J.Soetopo/ JurnalisTravel.com)

JANGAN sekali-kali tanya masih virgin atau tidak pada cewek pasanganmu, kalau tak ingin digampar. Meski sensitif, pertanyaan itu juga menyinggung perasaan.

Lebih baik ajaklah dia ke Candi Sukuh di desa Sukuh, Kelurahan Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Selain tidak menyinggung perasaan, pertanyaan masih perawan atau tidak, terjawab.

Tes keperawanan yang satu ini memang mengasyikan, bila Anda mempercayai mitologi. Selain si doi tidak bakal tahu kalau sebenarnya dia sedang dites robek tidak selaput daranya, juga anggap saja berwisata di udara dingin bernuansa ndeso.

Bukan sekali orang datang untuk melakukan tes keperawanan di candi yang terletak di lereng Gunung Lawu berketinggian 910 di atas permukaan laut ini.

Relief Lingga (alat kelamin pria) berhadapan dengan lawan jenisnya Yoni (alat kelamin wanita) di lantai candi. (Foto: Eddy J.Soetopo/ JurnalisTravel.com)

“Kalau dihitung sudah ribuan orang yang datang ingin membuktikan pasangannya masih perawan atau tidak, dengan nglangkahi batu ‘saru’ berbentuk alat vital perempuan,” kata Sardju, 72 tahun, penduduk setempat.

“Ada yang ragu ngelompati, tapi banyak juga yang tidak, biasanya yang ragu-ragu, itu sudah tidak perawan, selain terlihat tidak ada percikan merah di batu, itu artinya wis blong,” lanjutnya.

Cerita dari mulut ke mulut, tentang kebenaran mitos tes keperawanan di Candi Sukuh, membuat banyak orang tertarik membuktikan. Tentu selain untuk berwisata ke candi yang memiliki bangunan eksotis berundak, juga di melihat relief eksentrik: patung wudho -telanjang.

Konon kabarnya, selain candi Sukuh dulunya digunakan sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang, juga dibangun agar penduduk setempat menahan syahwat tak terkontrol.

 

Bagian depan Candi Sukuh. (Foto: Eddy J.Soetopo/ JurnalisTravel.com)

Itulah sebabnya, bagi pengamat candi alias arkeolog, bangunan candi Sukuh banyak dijadikan obyek penelitian peninggalan masa lalu yang paling unik di nusantara itu.

Alkisah, bangunan candi Sukuh, sebenarnya dibangun untuk menyaingi keagungan candi-candi di dataran rendah seperti Prambanan dan Borobudur.

“Menurut cerita si mbah dulu, candi Sukuh dibangun untuk nyaingi Prambanan dan Borobudur, katanya sahibul hikayat, juga ngalahin bangunan Pylon, gapura sewaktu masuk piramida di Mesir, juga katanya orang bule yang neliti, juga mirip-mirip bangunan seni di Meksiko, benar atau tidak, ndak tahu,” tutur Sardju menerawang.

Bisa jadi benar, lantaran sebelum memasuki wilayah sakral di puncak candi, juga terdapat patung-patung yang menggambarkan asal-muasal kehidupan manusia. Termasuk relief dan patung yang menggambarkan butho melahap manusia. Menurut kajian arkeologis, relief memberi gambaran tahun berdiri candi Sukuh.

Relief yang menjelaskan fungsi Candi Sukuh. (Foto: Eddy J.Soetopo/ JurnalisTravel.com)

 

Dalam manuskrip yang tertera di atas batu, terpampang gambar seekor burung garuda bercengkerama di atas pohon, di tunggu seekor anjing. Uraian gambar menurut pengertian tafsir candra sengkala, diperkirakan candi sukuh didirikan pada 1357 tahun Jawa atau 1437 Masehi.

Sedangkan relief di sebelah kanan menunjukkan tahun yang sama dengan candra sengkala yang berbunyi “Gapuro Bhuto Nahut Butut” yang berarti angka tahun 1359 caka. Relief ini berupa gambar raksasa sedang lari menggigit ular. Di atasnya terdapat makhluk yang sedang melayang-layang dan seekor binatang melata.

Di lantai kita melihat adanya relief Lingga (alat kelamin pria) berhadapan dengan lawan jenisnya Yoni atau alat kelamin perempuan. Mungkin suatu gambaran yang ada hubungannya dengan kenyataan bahwa Candi Sukuh dengan relief alat kelamin itu bertalian upacara-upacara kesuburan.

Kembali pada tes keperawanan, bisa jadi gambaran relief Lingga-Yoni bila mengacu pada kajian referensi arkeologis, kepercayaan tes kesucian pasangan yang hendak menempuh biduk rumah tangga.

 

Candi Sukuh bagian puncak. (Foto: Eddy J.Soetopo/ JurnalisTravel.com)

Cerita-cerita dari mulut ke mulut yang dipercaya sejak nenek moyang, bisa jadi benar. Apalagi sebelum menikah, karakter perempuan yang suka serong, bila melompati relief Lingga-Yoni, kalau tidak meneteskan darah, orang cenderung menuduh yang bersangkutan sudah tidak perawan.

“Menurut cerita di masa lalu, kalau perempuan suka serong sebelum nikah, bila melompati relief Lingga-Yoni alat vitalnya tidak meneteskan darah, itu tandanya sudah tidak suci,” tuturnya.

“Kalau lelaki yang suka ‘jajan’ orang itu akan terkencing-kencing, makanya daripada buat geger dan resah penduduk, sekarang bangunan yang ada relief alat vagina perempuan dan laki-laki ditutup,” tambahnya.

Biar enggak dikencingin. (Eddy J. Soetopo/JurnalisTravel.com)

CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com. Terima kasih untuk anda bantu bagikan dengan tautan.(REDAKSI)

Tags: candisukuh
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Rantau Malam

Suasana Perkampungan Hulu Serawai

14 Januari 2021
borneo

Tapak Tilas Molengraaff di Borneo

10 Desember 2020
karst

Bertandang ke Ujung Karst

18 November 2020
Luwuk 18 Jam

Luwuk 18 Jam

2 Oktober 2020
Berita Selanjutnya
Khasiat Air Sumur Rumah Bung Karno yang Dipercaya Orang

Khasiat Air Sumur Rumah Bung Karno yang Dipercaya Orang

Discussion about this post

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

kajang

Kalomba, Menghilangkan Sial pada Anak di Suku Kajang

22 Februari 2021
porang

Magang di Jepang 9 Bulan Berkat Menanam Porang

16 Januari 2021
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau

20 November 2018
7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

24 Desember 2016

TERBARU

salak bali
Lingkungan

Menyulap Salak Menjadi Cuka dan Kopi di Agro Abian Salak

Jurnalistravel
31 Maret 2021

porang

Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur

28 Maret 2021
sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.