Diayun Ombak Surfing Mentawai

Diayun Ombak Surfing Mentawai

Ombak Roniki yang terkenal. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

MENAIKI OMBAK BURGERWORLD

Kami beristirahat di naungan pohon kelapa, memakan bekal makan siang yang dibawa dari Tuapeijat. Mikael menyuguhkan kelapa muda yang airnya rasa minuman bersoda. Kami menjulukinya air kelapa rasa Sprite.

Siangnya kami mulai mengelilingi Pulau Roniki yang dimulai dari pantai timur ke arah utara. Pantai berpasur putih bersih dari sampah plastik, hanya ada potongan-potongan terumbu karang mati karena  hempasan ombak. Tunggul-tunggul kayu yang mati di sepanjang pantai juga menambah kealamian tempat ini.

Di bagian utara, pantainya ternyata penuh karang dan ombaknya lebih kuat. Menjelang sore ombaknya yang bergulung ke pantai semakin besar, di puncak-puncak gelombang itu terkadang timbul buih air seperti mahkota. Pulau Roniki seluas 64 hektare tak terkelilingi hari itu dan dilanjutkan keesokan harinya.

Hari kedua saya ikut tim selam. Perahu mesin membuang jangkar di tengah laut sekitar 500 meter dari Pulau Roniki. Satu persatu terjun ke dalam laut. Saya menunggu di perahu, sekali-kali ikut membantu melemparkan alat pengukur kecerahan air. Dua kali saya melihat penyu hijau yang sedang berenang dan muncul ke permukaan.

Laut sedang bergejolak, membuat perahu terombang-ambing. Saya duduk di buritan kapal, melihat dari kejauhan ombak tinggi yang memecah di pantai bagian tenggara Pulau Roniki.

“Sayang sekali tidak ada yang surfer, kalau mereka tahu pasti sudah bersenang-senang surfing di sini,” kata Agus, pengemudi perahu kami yang ternyata juga pemandu peselancar.

Ombak yang saya lihat itu tenyata bernama Burgerworld, ada yang memecah ke kiri dan ada yang memecah ke kanan. Ini ombak khusus di Pulau Roniki. Agus juga tidak tahu kenapa dinamai Burgerworld.

Namun menurutnya, ombak ini cukup berbahaya karena di bawahnya karang-karang tajam.

Ombak surfing Burgerworld di depan Pulau Roniki. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Ombak surfing Burgerworld di depan Pulau Roniki. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

“Saat belajar surfing dulu celana saya pernah tersangkut di batu karang di sana, kaki juga sudah beberapa kali tertusuk karang,” kata Agus.

Agus yang berasal dari Sagulubbek di Siberut bagian barat mulai belajar surfing dari turis Australia pada 2005 yang datang ke Mentawai dan memberinya papan surfing. Sejak itu dia menjadi pemandu yang mengantar peselancar asing dengan perahunya yang kami naiki kini.

Dia sudah menguasai berbagai lokasi titik ombak di Mentawai, bahkan mengaku punya ombak rahasia yang tidak diketahui peselancar lainnya.

“Pemain surfing itu gila-gila, bahkan pada malam hari, saat bulan purnama mereka juga berani main surfing, katanya di Mentawai ombak yang paling bagus, ada juga yang mengatakan nomor dua setelah Hawai,” kata Agus.

Tim selam tak lama berada di laut, karena keruhnya air akibat kuatnya arus. Hujan juga mulai turun.

Pantai berkarang di Pulau Roniki, Mentawai. (Foto; Febrianti/JurnalisTravel.com).

Pantai berkarang di Pulau Roniki, Mentawai. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

“Terumbu karangnya banyak yang patah, karena begitu tumbuh, langsung dihajar ombak yang sangat ganas di sini,” kata Samsuardi, peneliti terumbu karang sambil memperlihatkan karang yang patah kepada saya.

Akhirnya kami memutuskan mengelilingi Pulau Roniki dengan perahu setelah Agus mengangguk setuju dan yakin bisa menaklukkan ombak yang tinggi. Mesin perahu dihidupkan dan menyongsong ombak Burgerworld setinggi rumah.

Agus terlihat bekerja keras mengendalikan perahu melawan ayunan Burgerworld. Gulungan ombak dengan puncak-puncaknya yang putih seperti mahkota mengejar kami.

Saya menikmati momen saat dibawa perahu melayang di atas ombak Burgerworld yang menyerupai burger raksasa di tengah laut dan mulai paham mengapa banyak pecandu surfing jauh-jauh datang ke Mentawai untuk menikmati ombaknya. Ternyata mengasyikan. (Febrianti/JurnalisTravel.com)

Tulisan dan foto-foto ini adalah hak milik JurnalisTravel.com dan dilarang mengambil atau menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak di media lain tanpa izin. Jika Anda berminat pada tulisan dan foto bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com untuk keterangan lebih lanjut. Kami sangat berterima kasih jika Anda menyukai tulisan dan foto untuk diketahui orang lain dengan menyebarkan tautan (link) ke situs ini. Kutipan paling banyak dua paragraf untuk pengantar tautan kami perbolehkan. (REDAKSI)

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

krisis air
Krisis Air di Empat Pulau Mentawai, Kenapa Bisa Terjadi?
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Bertemu Primata Langka Siberut yang Paling Terancam di Dunia
Bertemu Primata Langka Siberut yang Paling Terancam di Dunia
Toek, Pangan Lokal Pulau Sipora yang Terancam Penebangan Hutan
Pangan Lokal Toek Terancam Penebangan Hutan
Mentawai
Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai