Bertemu Primata Langka Siberut yang Paling Terancam di Dunia

Pada pagi hari di dalam hutan yang senyap, di atas pohon kruing setinggi 20 meter, tiba-tiba terlihat dua ekor simakobu remaja dengan warna yang kontras. Mereka saling berkejaran di atas dahan. Seekor simakobu berbulu keemasan yang sangat indah sedang dikejar seekor lainnya, tapi berwarna hitam kelabu dan berbadan lebih kecil.

Di pohon yang sama, induk simakobu hitam kelabu duduk di tajuk pohon. Ia mengawasi kedua anaknya itu sambil menikmati pucuk daun kruing.

Kedua simakobu remaja itu berlarian dan bermain di atas tajuk pohon kruing yang tersambung ke pohon kruing di sebelahnya. Gerakannya menyajikan pertujukan yang menakjubkan sebelum berhenti bermain untuk menyantap pucuk daun kruing.

Beberapa saat, setelah menyadari kehadiran kami, sekelompok manusia yang mengawasi mereka dari bawah pohon, induk simakobu langsung melompat dan berpindah ke pohon tumung di sebelahnya. Ia terus berpindah berkeliling ke pohon lain di area itu. Mungkin instingnya untuk menyelamatkan kedua anaknya dari ancaman perburuan membuatnya berpindah ingin menarik perhatian.

Lampiran Gambar

Simabulau, simakobu  berwarna kuning keemasan, primata endemik di hutan Toloulaggok, Siberut Barat Daya, Kepulauan Mentawai. (Foto: Imam Taufiqurrahman/Swara Owa)

Karena kami lebih tertarik melihat gerakan si induk, kedua simakobu muda tidak lagi terlihat. Mungkin mereka bersembunyi di balik kanopi. Simakobu (Simias concolor) salah satu primata endemik di Kepulauan Mentawai. Primata ini masuk kategori 25 primata paling terancam di dunia. Ancaman utama adalah perburuan dan deforestasi.

Simakobu keemasan yang dinamai Simabulou sangat jarang terlihat. Salah satu tempat mereka sering ditemukan adalah di hutan Dusun Toloulaggo yang terdapat di Siberut Barat Daya.

BACA JUGA: Terancamnya Primata Endemik di Mentawai

BACA JUGA: Perjalanan Melintasi Pulau Siberut

Ismael Saumanuk adalah pegiat konservasi Malinggai Uma Mentawai yang ditemui saat mengamati primata di hutan Toloulaggo pada 28 Maret 2023. Menurutnya penelitian tentang Simabulou sangat sedikit, karena primata itu sangat langka.

“Jadi belum ada yang tahu mengapa di lokasi tertentu dalam satu kelompok Simakobu yang hitam kelabu terdapat seekor Simakobu keemasan,” ujarnya.

Lampiran Gambar

Simakobu, primata endemik yang terlihat di hutan Toloulaggok, Siberut Barat Daya, Kepulauan Mentawai. (Foto: Imam Taufiqurrahman/Swara Owa)

Selama belasan tahun mengamati primata Mentawai, ini kali kedua Ismael berjumpa dengan Simabulou. Perjumpaan itu hanya terjadi di hutan Toloulaggo. “Kalau di Siberut Selatan sudah tidak ada lagi terlihat, primata di sana sudah habis diburu,” katanya.

Hutan Toloulaggo seluas 6.706 ha adalah hutan negara. Hutan itu terdiri dari kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 6.100 ha dan hutan produksi seluas 606 ha. Kawasan hutan itu terbentang dari pantai Teluk Katurei hingga bukit-bukit yang tinggi di belakangnya.

Hutan sekunder itu salah satu habitat penting empat primata endemik Mentawai di Pulau Siberut yang berada di luar kawasan Taman Nasional Siberut. Keempat primata endemik Mentawai itu adalah Bokkoi (Macaca siberu), Joja (Presbytis potenziani), Bilou (Hylobates klossii), dan Simakobu (Simias concolor).

Di hutan itu keempat jenis primata masih bisa ditemukan hidup berkelompok di bagian lokasi yang berbeda. Meski hutan sekunder, di hutan Toloulaggo masih banyak pohon-pohon dipterocarpace yang menjadi tempat hidup dan tempat makanan keempat jenis primata.

Lampiran Gambar
Ketua Malinggai Uma Damianus Tateburuk menunjukkan penebangan ilegal pohon-pohon besar tempat hidup primata endemik Mentawai masih menjadi ancaman utama untuk primata. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

BURUNG YANG HAMPIR PUNAH

Berbagai jenis burung juga masih sering teramati di hutan ini, termasuk dua jenis burung endemik Mentawai, yaitu Kadalan mentawai dan Celepuk Mentawai. Kadalan mentawai adalah burung sebesar ayam dengan panjang 30 sentimeter yang pada pagi hari sering terlihat di atas pohon durian di areal perladangan penduduk. Sedangkan burung hantu Celepuk mentawai mudah diamati pada malam hari di pohon-pohon sekitar pemukiman penduduk.

Imam Taufiqurrahman, peneliti burung dari Yayasan Swara Owa mengatakan jenis burung yang teramati di Toloulaggo sekitar 50 jenis. Ada burung endemik Mentawai dan subendemik Mentawai yang hanya ada di Mentawai. Juga terdapat burung yang tidak endemik yang sebarannya luas di Sumatera.

“Dari 178 jenis burung di Kepulauan Mentawai, 50 jenis bisa kita amati di Toloulaggo, itu jumlah yang cukup besar,” katanya pada akhir Maret lalu di hutan Toloulaggo.

Imam, salah seorang penulis buku “Burung-Burung Kepulauan Mentawai” menjelaskan keragaman jenis burung di Kepulauan Mentawai yang berupa pulau-pulau kecil termasuk tinggi. Bahkan seekor burung Merpati hutan perak yang hampir punah pernah teramati dan terekam kamera video oleh Ismel Saumanuk di Siberut Selatan tiga tahun silam.

Lampiran Gambar
Pegiat Swara Owa Imam Taufiqurraman dan Kurnia Ahmadin sedang mengamati primata di hutan Toloulaggok, Desa Katurei, Siberut Barat Daya, 28 Maret 2023. (Foto: Febrianti/Jurnalistravel)

“Itu burung yang dinyatakan hampir punah, sangat langka di dunia, diperkirakan hanya tinggal 250 ekor dan mendiami pulau-pulau kecil. Tidak disangka burung itu juga ditemukan di Siberut,”katanya.

Keragaman hayati yang ditemukan di hutan Tolulaggok, selain burung adalah berbagai jenis ular, katak, capung, kupu-kupu, bajing terbang dan musang. Selain itu juga tumbuhan berbagai jenis anggrek, mulai dari anggrek berukuran besar hingga mini. Bahkan dalam satu batang pohon bisa menempel enam jenis anggrek.

“Sudah banyak peneliti yang datang ke Toloulaggo, ada peneliti primata, anggrek, capung, kupu-kupu, ular, bahkan juga ada wisatawan asing yang datang hanya ingin melihat bajing terbang endemik dan musang endemik, satwa yang masih bisa ditemukan di Toloulaggo,” kata Daminius Tateburuk, ketua Malinggai Uma Mentawai.

Menurut Daminius keragaman hayati di hutan Toloulaggo bisa mewakili flora-fauna di Siberut yang unik. Bahkan untuk semua jenis mamalia endemic seperti primata, musang, bajing terbang, dan burung endemik seperti Kadalan mentawai dan Celepuk mentawai.

“Toloulaggo seperti Siberut kecil, kawasan ini sangat tepat untuk dikembangkan menjadi ekowisata bagi pengamat primata, pengamat burung, dan peneliti,” katanya.

Sayang, kawasan hutan Toloulaggo kini terancam penebangan hutan. Pohon-pohon besar di sana menjadi sasaran penebangan ilegal untuk material pembangunan resor dan surfcamp yang didirikan di pulau-pulau kecil di Siberut Barat Daya. (Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Banjir
Banjir Lebih Sebulan Melanda Dataran Tinggi Kerinci
krisis air
Krisis Air di Empat Pulau Mentawai, Kenapa Bisa Terjadi?
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Hutan Nagari
Hutan Adat Nagari Ampalu Masih Menunggu Perda Kabupaten
Kisah Kopi Londo di Nagari Sirukam
Kisah Kopi Londo di Nagari Sirukam