Jumat, April 16, 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Wisata
Menatap Kota dan Laut dari Gunung Padang

Duduk-duduk sambil melihat panorama Kota Padang disukai pengunjung. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Menatap Kota dan Laut dari Gunung Padang

Febrianti
25 November 2019
A A

Jika Anda berkunjung ke Kota Padang jangan pernah mengabaikan tempat ini, Gunung Padang, karena di ketinggiannya keindahan Kota Padang yang menghadap Samudera Hindia akan terlihat dengan jelas.

Jika ada teman yang pertama kali berkunjung ke Kota Padang, saya hampir selalu membawa mereka berwisata ke Gunung Padang. Seperti pada minggu lalu saya menemani dua teman dari Jakarta.

Sisa bangunan Burgerlijke Openbare Werken (BOW) atau kantor Pekerjaan Umum masa awal Kolonial Belanda di Kota Padang. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Yang pertama saya ingatkan tentu saja perbekalan air minum, karena kita harus mendaki Gunung Padang yang menjulang di atas permukaan laut. Sebenarnya ini bukan gunung, tapi bukit kecil setinggi 85 meter di atas permukaan laut. Dulu pada zaman Belanda, Gunung Padang ini juga sudah menjadi tempat wisata favorit warga Padang, baik orang Belanda maupun pribumi.

Bahkan Pemerintahan Belanda sudah membangun taman dan jalan dari batu di Gunung Padang. Ini saya ketahui belakangan setelah membaca kembali roman klasik Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang terkenal itu.

Jalan ke puncak Gunung Padang. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Gunung Padang terletak di Muara Sungai Batang Arau yang menjorok ke laut dan ditutupi hutan tropis yang rindang. Sebelum mendaki, kami harus lebih dulu membeli tiket masuk Rp10 ribu per orang.

Ini kawasan wisata yang dikelola Pemerintah Kota Padang. Kebersihannya cukup terpelihara, sampah dan daun-daun yang gugur di jalan kecil bertangga rajin disapu petugas kebersihan.

Menjelang “kuburan” Siti Nurbaya jalan dengan tangga batu menanjak. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Kami menapaki jalan dari semen dan batu pada sore hari. Suasananya lumayan sepi, hanya beberapa orang yang berpapasan turun saat kami mulai mendaki. Orang-orang yang memancing juga tidak kelihatan, mungkin karena kami datang tidak pada akhir pekan.

Biasanya pada Sabtu dan Minggu di atas batu-batu karang di kaki Gunung Padang banyak pemancing yang duduk menghadap laut di depannya dengan pancing di tangan berharap mendapat udang dan ikan karang.

Jalan ke puncak Gunung Padang. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Kami mulai menjejaki anak tangga dari semen yang mendaki, semakin lama semakin terjal. Jalan setapak tersebut dinaungi kerindangan pohon-pohon yang besar dan tinggi. Udaranya sangat segar, khas udara hutan hujan tropis.

Pohon-pohon itu dipenuhi monyet yang aktif melompat dari dahan ke dahan. Buah-buah hutan yang mereka makan berjatuhan ke jalan.

Pohon-pohon yang rindang. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Pada zaman Kolonial Belanda Gunung Padang ini dinamai “Apenberg” dan “Monkey Mountain”.

Kami melewati meriam peninggalan Jepang yang menghadap ke mulut muara yang di seberangnya kota. Ada tiga meriam di tempat yang strategis menghuni bangunan pertahanan.

Semakin lama jalan semakin terjal, mulai menguras tenaga, tetapi pemandangan di bawahnya menakjubkan. Samudera Hindia yang terbentang di depan terlihat biru muda.

Fiksi dihidupkan dengan kehadiran “kuburan” Siti Nurbaya di gua berjalan masuk sempit. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Saat menjelang puncak, jalan melewati batu besar setinggi rumah. Ada jalan sempit melewati celah batu. Di baliknya ada makam yang dinamai makam Siti Nurbaya.

Tentu saja ini makam tidak benaran, karena Siti Nurbaya adalah novel karangan Marah Rusli yang mengisahkan Siti yang meninggal dan dimakamkan di Gunung Padang.

Untuk melihat makam rekaan ini kami melewati celah batu dan turun tangga yang kecil dan terjal. Makam terletak di lokasi mirip gua yang diapit batu-batu besar.

Panorama dari atas bukit ke arah Pantai Air Manis. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Sebuah makam ditutupi kelambu. Teman saya berziarah di makam itu, memanjatkan doa untuk ahli kubur.

Kami melanjutkan perjalanan ke puncak bukit. Monyet ekor panjang berbulu kelabu makin banyak bermain di atas pohon. Tak lama kami sampai juga. Pendakian sepanjang satu kilometer yang cukup menguras tenaga itu akhirnya berakhir.

Kami sampai ke Taman Siti Nurbaya yang terlatak di puncak bukit. Ada jalan setapak yang rapi, batu-batu besar, dan beberapa bangku di bawah pohon tempat memandang ke segala penjuru.

Panorama dari puncak bukit ke arah Kota Padang. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Dari puncak, pas di belakang plang nama raksasa “Padang Kota Tercinta” yang mengarah ke kota, kami bisa melihat Kota Padang dengan jelas, terutama kota tuanya di sepanjang Batang Arau.  Kejayaan masa lalu itu masih terlihat pada puluhan gedung tua sisa zaman Kolonial Belanda yang berjejer di pinggir sungai.

Sepanjang abad ke-19 Padang sudah menjadi kota terbesar di luar Pulau Jawa. Saat itu Padang tumbuh menjadi kota dagang, sekaligus kota ‘markas’ militer Pemerintahan Hindia Belanda untuk penaklukan dan mempertahanan daerah-daerah di Pulau Sumatera.

Sebagai kota metropolitan masa itu, Padang tak hanya dibangun oleh Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi juga tumbuh dengan partisipasi pihak swasta dan percampuran berbagai bangsa. Bangsa Belanda, Indo (orang-orang Eropa lainnya), Cina, Arab, India, dan Minangkabau ikut membangun dan mewarnai arsitektur kota. 

Duduk-duduk sambil melihat panorama Kota Padang disukai pengunjung. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Menikmati sisa-sisa kejayaan kolonial di sore hari ini terasa menyenangkan. Lanskap kota terlihat sangat indah.

Gunung Padang memang tempat yang menarik dikunjungi. Kawasan ini juga sedang diusulkan menjadi bagian dari geopark Ranah Minang.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia wilayah Sumatra Barat Ade Edward mengatakan secara geologi Gunung Padang sangat menarik.

Menurutnya Gunung Padang pada masa zaman trias, masa musnahnya dinousaurus adalah bagian dari gunung api purba. Hanya pusat gunung purbanya tidak diketahui. Itu bisa dilihat dari batuan yang ada di Gunung Padang yang terdiri dari batuan vulkano dan andesit yang merupakan produk gunung api purba.

“Kawasan Gunung Padang memiliki keunggulan aspek ‘culture heriatage’, ada legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang, ada Kota Tua dan pelabuhan dengan pemukiman nelayan yang berada dalam satu kawasan,” kata Ade.

Di barat laut terlihat Pulau Pisang dan di seberangnya ada pantai Air Manis yang terkenal dengan legenda Malin Kundang. Memang satu kesatuan kawasan wisata yang menarik.

Kami turun dari Gunung Padang dan melanjutkan perjalanan ke Pantai Air Manis  di bawah sana. Teman saya ingin melihat batu Malin Kundang, si Malin yang dikutuk jadi batu karena durhaka kepada ibunya adalah cerita legenda yang lekat di setiap kepala anak Indonesia di masa kami kecil dulu. (Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Tags: gunung padangkota padangsiti nurbaya
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Rantau Malam

Suasana Perkampungan Hulu Serawai

14 Januari 2021
borneo

Tapak Tilas Molengraaff di Borneo

10 Desember 2020
karst

Bertandang ke Ujung Karst

18 November 2020
Luwuk 18 Jam

Luwuk 18 Jam

2 Oktober 2020
Berita Selanjutnya
Berkejaran dengan Waktu Menyelamatkan Tato Mentawai

Berkejaran dengan Waktu Menyelamatkan Tato Mentawai

Discussion about this post

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat

Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat

4 Januari 2017
Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

4 Januari 2017
Cantiknya Gadis-Gadis Minang Berpakaian Adat

Cantiknya Gadis-Gadis Minang Berpakaian Adat

22 Februari 2021
7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

24 Desember 2016

TERBARU

salak bali
Lingkungan

Menyulap Salak Menjadi Cuka dan Kopi di Agro Abian Salak

Jurnalistravel
31 Maret 2021

porang

Ramai-Ramai Menanam Porang di Manggarai Timur

28 Maret 2021
sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.