Selasa, Agustus 16, 2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Budaya
Berkunjung ke Ruang Dalam Art House di Yogyakarta

Ruang Dalam Art House di Jl. Kebayan, Gang Sawo no 55, Jeblok DK3 RT 02 Tirtonirmolo, Kasihan Bantul, Yogyakarta 55181. (Foto: Ruang Dalam Art House)

Berkunjung ke Ruang Dalam Art House di Yogyakarta

Febrianti
22 Februari 2021
A A

YOGYAKARTA menjadi barometer seni rupa di Indonesia. Banyak pameran skala internasional digelar di sini. Saat ke Jogja saya tidak ingin melewatkan waktu untuk menikmati karya para seniman. Namun sayangnya belum ada pameran lukisan yang biasanya ramai Mei dan Juni.

Tetapi tidak perlu menunggu pameran lukisan dulu. Di Yogyakarta para pelukisnya yang juga sebagian sudah berkelas internasional, juga banyak yang memiiki galeri sendiri yang bisa dinikmati sewaktu-waktu, seperti Anda ingin mencuci mata di swalayan.

Bagian depan galeri. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Salah satunya adalah Ruang Dalam Art House, sebuah galeri seni di Bantul milik pelukis Gusmen Heriadi.  Gusmen dan istirinya Titiek sejak setahun lalu telah menjadikan sebagian ruang dalam rumah tinggal mereka menjadi galeri untuk publik.

Beragam kegiatan seni rupa seperti pameran dan workshop diselenggarakan di sana. Beberapa hari lalu, kata Gusmen, ada workshop membuat keramik yang dijadikan karya seni kontemporer oleh senimannya.

Patung,lukisan,dan alat musik di Galeri Ruang Dalam Art House. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Di rumah berlantai dua itu, bagian ruangan tamu yang bersebelahan dengan dapur di lantai satu dijadikan ruang galeri. Ada beranda dan halaman yang luas di samping rumah dengan bangku-bangku di bawah naungan pohon mangga yang rindang. Tempat itu biasanya digunakan untuk tempat diskusi para seniman saat sedang ada pameran. Di sebelah ruang galeri ada bengkel tempat melukis.

Saya menikmati lukisan kontemporer Gusmen yang terbaru. Ada lima lukisan berseri yang berjejer di dinding sepanjang tujuh meter. Di tiap lukisan itu ada lingkaran putih dengan bidang bergelombang dan di bagian kecil lingkaran itu masing-masing ada lukisan corak kulit binatang, macan tutul, badak, kuda nil, buaya, dan gajah. Judulnya: Prestisius.

“Prestisius”. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Makna yang tertangkap dari lukisan kontemporer itu seperti ingin menyampaikan pesan bahwa di balik benda-benda yang dianggap prestisius seperti tas, sepatu, dan baju dari kulit binatang, gading gajah, ada perburuan dan pembunuhan terhadap binatang. Mungkin generasi mendatang hanya melihat binatang itu dari gambarnya saja.

Selain karya-karyanya, juga ada karya seniman lain, seperti patung dan keramik. Ada juga alat musik petik yang menghasilkan bunyi karya seniman Idi Pangestu. Karyanya pernah ditampilkan di Ruang Dalam Art House pada pertengahan November 2016.

Gusmen Heriadi di galerinya. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Selain dipamerkan, Idi Pangestu juga memainkan alat musik yang diciptakannya. Bentuknya sangat unik. Ruang Dalam pada Februari lalu juga pernah mengadakan pameran karya anak dan keluarga dengan tema “Merayakan Keragaman”.

“Banyak karya anak yang luar biasa, Sikji juga ikut memamerkan karyanya,” kata Gusmen. Sikji, kelas 6 SD itu  adalah anak tunggalnya.

Kaki-kaki hewan. Cukup berpikir ekstra untuk memahami karya-karya seni di sini. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Di galeri-galeri pribadi, kata Gusmen, membuat komunitas seni di Yogja lebih hidup karena menciptakan kampung-kampung seni.

“Lagi pula lukisan saya yang terbaru itu ‘Prestisius’ panjangnya sampai 7 meter, galeri mana yang bersedia menggantungnya berlama-lama,” katanya tertawa.

Saya juga menikmati geleri yang cantik dan teduh itu. Berandanya diteduhi rambatan bunga curtain ivy dengan akar-akar halus berwarna pink yang menjuntai menjadi kanopi.

Kami minum kopi aceh. Ah…kenapa harus kopi sumatera ya? Harusnya saya minta wedang uwuh buatan nyonya rumah.

Menurut Titik, tiap kali ada acara pameran atau workshop, di Ruang Dalam House Art selalu tersaji camilan-camilan khas kampung, seperti rawon. Wah, menyenagkan sekali, menikmati pameran, diskusi, dan makan rawon. (Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Informasi lebih lanjut klik http://www.ruangdalamart.com/

Tags: seniyogyakarta
BagikanTweetKirim

Baca Juga

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Mentawai

Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai

17 November 2021
sinyal ponsel

Tanpa Sinyal di Lembah Tilir

20 Maret 2021
lukisan

Pameran Tunggal Syam Terrajana di Yogyakarta

14 Maret 2021
Berita Selanjutnya
Ke Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara Bersama Arung

Ke Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara Bersama Arung

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

Pesta Tabuik Pariaman Melihat Buraq Terbang ke Langit

Pesta Tabuik Pariaman Melihat Buraq Terbang ke Langit

22 Februari 2021
Pulau Ini Dipercaya Berasal dari Bekas Pohon Raksasa

Pulau Ini Dipercaya Berasal dari Bekas Pohon Raksasa

29 Januari 2017
marie thomas

Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

22 Februari 2021
7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

7 Minuman Unik yang Harus Anda Cicipi di Padang

24 Desember 2016

TERBARU

Kelinci sumatera
Lingkungan

Kelinci sumatera yang Dianggap Hampir Punah Terlihat di Kerinci

Febrianti
3 Juni 2022

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Mentawai

Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai

17 November 2021
Siberut

Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan Menyebabkan Krisis Air di Siberut

4 September 2021
Sungai Buluh

Perhutanan Sosial Sungai Buluh, Layu Sebelum Berkembang

19 Juli 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.