Minggu, Juli 3, 2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan
  • Lainnya
    • Berita
    • Kolom
    • Jurnalis Warga
    • Video
    • Info Data
No Result
LIhat Semua Hasil
Jurnalis Travel
No Result
LIhat Semua Hasil
Home Berita
Walhi Gandeng Komunitas Seni Kampanye ‘Rimba Terakhir’

Aman Boroiogok di depan umanya di Muntei, Pulau Siberut, Mentawai. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Walhi Gandeng Komunitas Seni Kampanye ‘Rimba Terakhir’

Febrianti
22 Februari 2021
A A

WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) melakukan kampanye penyelamatan hutan Indonesia dengan cara berbeda. Kali ini Walhi melakukan kampanye melalui seni-budaya dengan menggandeng para seniman.

Divisi Kampanye Kreatif Eksekutif Nasional Walhi Ferdinand Rachim menjelaskan, Walhi bersama komunitas seni dan NGO lokal menggelar kegiatan bertajuk “Rimba Terakhir” di beberapa lokasi yang mewakili lokasi hutan yang terancam di Indonesia.

Lokasi tersebut di delapan provinsi diantaranya hutan Dayak Tomunt di Lamandau, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Tokalekaju di Sulawesi, dan hutan di Pulau Siberut di Kepulauan Mentawai.

Ia mengatakan, saat ini diperlukan siasat dan pengembangan strategi komunikasi publik untuk menyuarakan kondisi hutan di Indonesia. Salah satu strategi yang tepat dan paling efektif adalah melalui seni.

Walhi, jelasnya, mencoba kampanye dengan cara berbeda. Dulu demo yang keras. Tapi sekarang zaman sudah berubah.

“Beberapa tahun terakhir kita mencoba kampanye penyelamatan lingkungan dengan seni, karena seni merupakan satu emosi yang mampu membahasakan pesan dalam bentuk sederhana kepada publik,” ujarnya.

Menurut Ferdinand, dibutuhkan kampanye yang kreatif untuk memberitahukan advokasi yang dilakuakn kepada masyarakat luas, sehingga advokasi kebijakan tersebut mendapat dukungan.

“Kampanye melalu seni dan budaya diharapkan dapat menghubungkan masyarakat pada semua lapisan, sehingga mempunyai pemahaman tentang kondisi hutan di Indonesia, termasuk keberadaan rimba-rimba terakhir di Indonesia,” katanya.

Ia berharap, melalui kampanye seni budaya memunculkan dukungan publik untuk penyelamatan hutan di Indonesia.

Poster oleh Walhi dan YCMM.

Kampanye ‘Hutan Terakhir’ terdiri dari serangkaian kegiatan yang diakhiri dengan Festival Rimba Terakhir. Kegiatan di lapangan akan dijadikann informasi dan bahan untuk saling bertukar informasi oleh seniman dan budayawan dari beberapa daerah.

“Sehingga mereka dapat menggali ide untuk menghasilkan karya seni yang akan digunakan untuk kampanye Rimba Terakhir,” ujarnya.

Dengan kampanye publik bisa mengetahui masih ada hutan atau rimba yang masih lestari. Penguasaan, pengelolaan, dan pemanfaatan hutan tersebut dilakukan oleh masyarakat, meski kondisinya terancam oleh izin usaha yang telah dan akan diberikan pemerintah di dalam dan atau di sekitar hutan tersebut.

“Kampanye Rimba Terakhir untuk menyelamatkan rimba yang tersisa ini, Rimba Terakhir akan menjadi bukti sejarah pengelolaan hutan di Indonesia,” katanya.

Kegiatan Rimba Terakhir di Mentawai akan berlangsung selama lima hari, Selasa-Sabtu, 18-22 September 2018. Walhi bersama Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) membawa komunitas seniman dari Jakarta dan seniman  Sumatera Barat, termasuk senimana Mentawai  ke Madobag, Siberut Selatan di Pulau Siberut.

Para seniman akan menggali ide untuk bahan kampanye melalui seni. Khusus di Siberut, kampanye akan dilakukan melalui kolaborasi musik dan mural. (Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Tags: mentawaisenimansiberutwalhi
BagikanTweetKirim

Baca Juga

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Kopi Kerinci Mulai Terancam Perubahan Iklim

Kopi Kerinci Mulai Terancam Perubahan Iklim

22 Februari 2021
Waktu yang Tepat Melihat Keunikan Mentawai 

Waktu yang Tepat Melihat Keunikan Mentawai 

22 Februari 2021
Top 10 Negara Terbanyak Dikunjungi Turis 2017, Indonesia?

Top 10 Negara Terbanyak Dikunjungi Turis 2017, Indonesia?

22 Februari 2021
Berita Selanjutnya
Catatan Perjalanan ‘Rimba Terakhir’, Mendengar Musik dari Hutan Siberut

Catatan Perjalanan ‘Rimba Terakhir’, Mendengar Musik dari Hutan Siberut

TRENDING

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia
Wisata

Ladang Gandum Juga Ada di Indonesia, Ini Dia

Febrianti
3 Agustus 2019

manggarai

Tradisi Orang Kolang di NTT, Leluhurnya dari Minangkabau

22 Februari 2021
Malin Kundang Diduga Kuat Berasal dari Aceh

Malin Kundang Diduga Kuat Berasal dari Aceh

30 Januari 2017
Turis Amerika Mencoba Magis Lukah Gilo

Turis Amerika Mencoba Magis Lukah Gilo

11 Oktober 2018
Tips Buat Wisatawan di Padang Jika Terjadi Gempa dan Tsunami

Tips Buat Wisatawan di Padang Jika Terjadi Gempa dan Tsunami

17 April 2020

TERBARU

Kelinci sumatera
Lingkungan

Kelinci sumatera yang Dianggap Hampir Punah Terlihat di Kerinci

Febrianti
3 Juni 2022

gusmen heriadi

Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi

4 November 2021
Mentawai

Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai

17 November 2021
Siberut

Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan Menyebabkan Krisis Air di Siberut

4 September 2021
Sungai Buluh

Perhutanan Sosial Sungai Buluh, Layu Sebelum Berkembang

19 Juli 2021
Jurnalis Travel

Ikuti Kami di Media Sosial

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

Rubrik

  • Wisata
  • Budaya
  • Sejarah
  • Lingkungan

ㅤ

  • Berita
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video

© Hak cipta Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy & Policy
  • Indeks
No Result
LIhat Semua Hasil
  • Wisata
  • Budaya
  • Berita
  • Lingkungan
  • Sejarah
  • Kolom
  • Jurnalis Warga
  • Video
  • Info Data

© 2021 Jurnalistravel.com | Hak cipta dilindungi hukum.