Oleh: Ririn Trisnawati
LIMO KOTO- Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Madu Lambah Sighabungan membuat usaha lebah galo-galo sebagai kegiatan perhutanan sosial untuk menyelamatkan hutan.
Kelompok usaha yang berada di bawah Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Limo Koto, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Berat itu dibentuk pada 2021. Kegiatan usaha diawali dengan bantuan stup galo-galo sebanyak 200 stup dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat.
Ketua LPHN Limo Koto As’ari mengatakan masyarakat yang tergabung dalam keanggotaan KUPS tersebut sebahagian masih memiliki profesi mengambil kayu di hutan, khususnya masyarakat yang berada di Jorong Air Abu.
“Tujuan pengembangan usaha madu galo-galo ini sebagai usaha alternatif agar masyarakat yang selama ini masih punya aktivitas mengambil kayu di hutan, ke depan secara berangsur akan menguranginya,” katanya.
Usaha budi daya madu galo-galo tersebut sudah mulai menghasilkan. Anggota KUPS Madu Lambah Sighabungan Amalrudin mengatakan pada saat vegetasinya bagus atau musim bunga dalam satu stup bisa menghasilkan 200 hingga 1.000 mili madu.
“Saat ini rata-rata hasil panen yang diperoleh oleh kelompok bisa berkisar 5 hingga 15 liter per bulan,” ujarnya.
Ketua KUPS Madu Lambah Sighabungan Robin Handaya mengatakan produk madu yang dihasilkan oleh kelompok usahanya kini sudah memiliki merek. Namun untuk legalitas produk, seperti sertifikat izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Label Halal masih dalam pengurusan.
Untuk pemasaran produk madu tersebut, kata Robin, tidak lagi menyasar konsumen lokal, melainkan juga sudah dikirim ke luar kota atau provinsi.
“Bahkan kelompok berharap akan bisa menjual produk ini pada pasar yang lebih besar, seperti minimarket, apotek, dan lain-lain,” latanya.
Ia menjelaskan KUPS Madu Lambah Sighabungan akan terus berinovasi. Rencananya ke depan kelompok ini tidak hanya menjual produk madu, tetapi juga akan mengembangkan usaha menjadi eduwisata galo-galo.
Ketua LPHN Limo Koto As’ari berharap usaha madu galo-galo tersebut bisa memberikan manfaat yang lebih besar lagi untuk peningkatan pendapatan masyarakat sehingga ke depan hutan tidak perlu lagi ditebang lagi.
“Apalagi usaha eduwisata ini masih sangat langka dan belum ada di Sumatera Barat umumnya dan khususnya di Kabupaten Pasaman,” katanya. (*)
(Ririn Trisnawati dari LPHN Limo Koto, Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat adalah peserta Pelatihan Jurnalisme Warga “Muda Melangkah” yang diadakan WRI Indonesia di Bukittinggi akhir Agustus 2022).