Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi

marie thomas

Marie E Thomas di Gaoogle Doodle.

Hari ini, 17 Februari 2021, Google Doodle memuat gambar seorang perempuan muda berambut hitam, berpakaian dokter, stetoskop tergantung di leher, menggendong bayi, dan di belakangnya ada lampu sorot.

Siapakah dia? Dia adalah Marie E. Thomas (1896-1966), dokter perempuan pertama di Hindia Belanda (wilayah sebelum Indonesia merdeka) yang hari kelahirannya hari ini, 17 Februari 1896.

Dia adalah perempuan Minahasa yang sekolah kedokteran di STOVIA Batavia, kawin dengan orang Minang, menetap di Bukittinggi dan mendirikan sekolah kebidanan pertama di Sumatra di Bukittinggi.

Inilah kisah lengkapnya seperti dimuat di resources.huygens.knaw.nl.

Marie E Thomas lahir di Likoepang, Hindia Belanda (sekarang Likupang di Minahasa Utara, Sulawesi Utara) pada 17 Februari 1896. Ia meninggal dalam usia 70 tahun di Bukittinggi, 29 Oktober 1966.

Marie anak dari ayah seorang tantara bernama Adriaan Thomas (1861-1925) dan ibu bernama Nicolina Maramis (meninggal pada 30 Juli 1934).

marie thomas

Marie E Thomas (1896-1966). (Sumber Foto: Javapost.nl)

Marie menikah dengan Mohammad Joesoef (1898-1958), seorang dokter STOVIA, orang Minang yang berasal dari Solok. Mereka menikah pada 16 Maret 1929 dan memiliki seorang putri dan seorang putra.

Marie memiliki seorang saudara laki-laki dan hidup sebagai putri seorang tentara profesional dalam keluarga Kristen Protestan. Karena karier militer ayahnya, keluarganya tinggal di berbagai tempat di Nusantara. Marie sering harus pindah sekolah.

Ketika sekolah dokter STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen) di Batavia (Jakarta) dibuka untuk perempuan pada 1912, Marie langsung mendaftarkan diri atas dorongan apoteker Charlotte Jacobs.

Waktu itu mahasiswa laki-laki masuk STOVIA secara gratis, sedangkan mahasiswa perempuan harus membayar. Karena itu beberapa perempuan Belanda, termasuk Charlotte Jacobs, menyiapkan dana studi. Berkat dana studi tersebut, Marie dapat belajar di STOVIA.

Awalnya Marie adalah satu-satunya mahasiswa perempuan di hampir 200 mahasiswa laki-laki. Baru dua tahun kemudian seorang mahasiswa perempuan lainnya masuk, bernama Anna Warouw, juga dari Minahasa.

Marie dan Anna menjadi teman dan disebut "si kembar". Marie juga bertemu Mohammad Yoesoef dari Sumatera. Mereka menjadi mahasiswa bersamaan beberapa tahun dan lulus pada waktu yang sama.

Dokter Perempuan Pertama

Marie lulus di STOVIA pada 1922 setelah kuliah selama 10 tahun. Ketika lulus, dia dihormati dan dipuji. Bahkan surat kabar Belanda, “Rotterdamsche Nieuwsblad” memberitakan dengan menyebutnya "perintis".

Setelah lulus, Marie bekerja sebagai pegawai pemerintah di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ), rumah sakit pusat dan besar di Batavia (sekarang Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo).

Setelah bertugas singkat di Medan dan Manado, dia kembali ke Batavia. Sebagai asisten Nicolaas J.A.F. Boerma, spesialisasinya di bidang kebidanan, sehingga dia bisa dianggap sebagai dokter kandungan pertama di Indonesia. Pada pengumuman pernikahannya dia menyebut dirinya "asisten kebidanan".

Marie mengundurkan diri dari CBZ beberapa hari sebelum pernikahannya pada 16 Maret 1929. Ia menikah pada usia 33 tahun dengan Yoesoef yang dikenalnya bertahun-tahun selama kuliah di STOVIA. Kedua pasangan ini berbeda latar budaya dan agama. Marie seorang Kristen dan orang Manado. Sedangkan Yoesoef adalah Islam dan orang Minangkabau. Tidak ada catatan terkait solusi perkawinan beda agama ini.

Marie Thomas

Dokter Marie Thomas sedang bertugas. (Sumber Foto: Javapost.nl)

Namun setelah menikah, Marie Thomas pindah ke Padang (Sumatra Barat). Pasangan ini memiliki dua anak: Sonya dan Eri.

Pada tahun 1931, Marie Thomas diberhentikan dengan hormat dari DVG (Dienst Volksgezondheid atau Pelayanan Kesehatan Masyarakat). Setahun kemudian pasangan ini kembali ke Batavia).

Di Batavia Marie bergabung dengan pengurus Persatoean-Minahasa (United Minahasa). Partai politik yang cukup nasionalis ini didirikan pada 1927 dan mendukung Indonesia federal yang menjamin identitas dan otonomi Minahasa.

Setelah tiga tahun, Marie meninggalkan partai tersebut ketika ia dan suaminya pindah ke Bukittinggi (saat itu masih bernama Fort de Kock). Di Bukittinggi ia bekerja di rumah sakit dan juga membuka praktik swasta.

Marie salah satu dokter pertama yang menangani pengendalian kelahiran dengan IUD (alat kontrasepsi untuk menunda atau mencegah kehamilan). Bersama asistennya dia mengunjungi kampung-kampung untuk membantu orang-orang yang tidak memiliki biaya untuk berobat ke dokter atau rumah sakit.

Pada 1940, ia menjadi bendahara Ikatan Dokter Indonesia di Sumatra Barat selama setahun. Ia bekerja sebagai dokter selama pendudukan Jepang dan persiapan kemerdekaan.

Di Bukittinggi ia mendirikan sekolah kebidanan sekitar tahun 1950. Sekolah kebidanan tersebut pertama di Sumatra dan kedua di Indonesia. Dia juga mengajar di sana sendiri dengan menitikberatkan pada disiplin dan kebersihan.

Ketika pemberontakan rakyat Sumatra Barat melawan Jakarta atau PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) sekitar tahun 1958, hanya Marie dan suaminya, Mohammad Joesoef, dokter yang tinggal di rumah sakit. Yang lainnya bertempur melawan tentara pemerintah. Untuk sementara dia dan suaminya juga bertindak sebagai pengelola manajemen di rumah sakit.

Marie terus bekerja sebagai dokter di Bukittinggi hingga meninggal mendadak karena pendarahan otak pada 29 Oktober 1966 dalam usia 70 tahun. Sedangkan suaminya, Joesoef, meninggal lebih dulu pada 1958.

Selama hidupnya Marie Thomas dikenal sebagai seorang dokter yang selalu ada untuk pasiennya dan banyak masyarakat yang dia bantu berobat secara gratis. Rumahnya juga terbuka untuk anggota keluarga yang sudah bertahun-tahun tinggal bersama pasangan tersebut.

Di Indonesia saat ini, Marie Thomas telah menjadi tidak dikenal, bahkan sekolah kebidanan yang ia dirikan tidak menggunakan namanya. Belum diketahui apa nama sekolah kebidanan tersebut saat ini. (sbj/Artikel ini diterjemahkan bebas oleh JurnalisTravel.com dari https://resources.huygens.knaw.nl/vrouwenlexicon/lemmata/data/Thomas)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Banjir
Banjir Lebih Sebulan Melanda Dataran Tinggi Kerinci
krisis air
Krisis Air di Empat Pulau Mentawai, Kenapa Bisa Terjadi?
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Hutan Nagari
Hutan Adat Nagari Ampalu Masih Menunggu Perda Kabupaten
Kisah Kopi Londo di Nagari Sirukam
Kisah Kopi Londo di Nagari Sirukam