Wakil Gubernur Hadiri Perayaan Hari Tanpa Bayangan di Taman Ekuator Bonjol

Titik Kulminasi Bonjol

Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy saat memberikan sambutan pada acara Perayaan Titik Kulminasi Matahari di Taman Ekuator Bonjol, Jumat, 23 September 2022. (Foto: Nursari)

Oleh: Nursari

BONJOL-Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy menghadiri Perayaan Titik Kulminasi Matahari yang diselenggarakan di Taman Ekuator Bonjol pada Jumat, 23 September 2022.

Wakil Gubernur menyampaikan Kabupaten Pasaman memiliki potensi pariwisata yang luar biasa seperti Ekuator. Pahlawan nasional asal Sumbar yang termasuk paling terkenal adalah Tuanku Imam Bonjol juga berasal dari Kabupaten Pasaman.

Pasaman, tambahnya, juga memiliki inovasi dan kreativitas khususnya di bidang pariwisata. Potensi yang luar biasa selain agro ada wisata yang terkait dengan pahlawan ekuator, wisata minat khusus arung jeram, dan masih banyak lagi.

“Sekarang juga ada naskah Tuanku Imam Bonjol yang ditulis kembali yang masuk ke dalam  ingatan kolektif nasional pada tahun ini. Hal-hal seperti ini tentunya harus didukung dan yang dikolaborasikan semua elemen masyarakat yang ada di Kabupaten Pasaman,” katanya.

Audy juga menyampaikan pada 1 Oktober 2022 bertepatan dengan hari ulang tahun Provinsi Sumatera barat. Entry point Bandara Internasional Minangkabau (BIM) akan dibuka kembali dengan rute penerbangan pertama Kuala Lumpur- Padang dan Padang-Kuala Lumpur.

“Hal ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat,” ujarnya.

Wakil Bupati Pasaman Sabar AS juga menghadiri acara Hari Tanpa Bayangan. Ia mengatakan perayaan titik kulminasi tersebut dapat meningkatkan daya tarik kepariwisataan Kabupaten Pasaman. Nanti juga akan ditampilkan event-event baru untuk tanah kelahiran pahlawan Tuanku Imam Bonjol.

 

Titik Kulminasi Bonjol

Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy saat memberikan sambutan pada acara Perayaan Titik Kulminasi Matahari di Taman Ekuator Bonjol, Jumat, 23 September 2022. (Foto: Nursari)

Detik-detik terjadinya kulminasi dibuktikan dengan menggunakan alat Campbell Stokes. Alat ini berfungsi untuk mengukur lamanya intensitas dan penyinaran matahari. Cahaya matahari akan difokuskan pada kertas pias yang ada pada alat tersebut.

Pada pukul 12.12 WIB jika ada cahaya matahari maka kertas pias akan terbakar dan hal tersebut menandakan hari tanpa bayangan di ekuator Pasaman telah terjadi. Hari tanpa bayangan terjadi dua kali dalam setahun, pada Maret dan September.

“Fenomena ini adalah fenomena tahunan yang menandakan pergeseran matahari dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan dan sebaliknya,” ujar Eko dari BMKG Padangpanjang.

Pada saat titik kulminasi terjadi maka masyarakat yang menyaksikan fenomena hari tanpa bayangan tersebut mengucapkan takbir bersama-sama. (*)

(Nursari dari Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Pasaman adalah peserta Pelatihan Jurnalisme Warga “Muda Melangkah” yang diadakan WRI Indonesia di Bukittinggi pada akhir Agustus 2022).

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Madu Galo-galo bonjol
KUPS di Pasaman Menyelamatkan Hutan dengan Usaha Madu Galo-Galo
Air Terjun Lubuak Bulan
Air Terjun Lubuak Bulan, Air Terjun Unik yang Ditelan Bumi
Nyarai
Ekowisata Nyarai Tetap Bertahan Meski Pandemi
Wisata Bonjol
Potensi Ekowisata Lubuk Ngungun di Bonjol Akan Dikelola
Sungai Buluh
Perhutanan Sosial Sungai Buluh, Layu Sebelum Berkembang
Misteri Kematian Imam Bonjol di Lotta, Minahasa
Misteri Kematian Imam Bonjol di Lotta, Minahasa