Peninggalan Kolonial Belanda di Kota Padang Menjadi Objek Wisata

Jembatan Air

Bangunan saluran air dari beton untuk PLTA Kuranji ini tetap berfungsi meski telah berusia hampir satu abad. (Foto: Radhiatul Adhawiyah)

Oleh: Radhiatul Adhawiyah

SIAPA yang menyangka jika saluran air irigasi peninggalan Kolonial Belanda bisa dijadikan objek wisata. Itu terlihat ketika banyak pengguna media sosial mengunggah hasil fotonya ke Instagram.

Kok bisa? Ada apa dengan fotonya? Ya, dampak media sosial memang besar dalam menyebarkan informasi kepada publik.

Saat itu di halaman pencarian Instagram bermunculan foto-foto yang menggambarkan saluran irigasi yang airnya jernih dan berwarna biru dengan suasana panorama perbukitan yang diambil dari ketinggian.

Tentunya foto tersebut membuat penasaran, maka orang pun berbondong-bondong deh datang ke tempat itu.

Jembatan Air

Jembatan Air Batu Busuk atau jembatan air PLTA Kuranji di Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat. (Foto: Radhiatul Adhawiyah)

Tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali mengunggahnya. Yang jelas tempat itu seakan menjadi destinasi wisata yang instagramable banget.

Tempat itu bernama Jembatan Air PLTA Kuranji atau Jembatan Air Batu Busuk. Jembatan ini berada di kawasan Kampung Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat. Berada sekitar 15 km arah timur Kota Padang atau dekat dengan kampus Universitas Andalas di Limau Manis.

Jembatan air itu berusia sekitar 110 tahun. Meski termakan usia, jembatan air itu tetap kokoh berdiri di tempatnya. Panjang jembatan itu 3.000 meter dan dibangun pada masa penjajahan Hindia Belanda.

Rahman, 50 tahun, laki-laki di Kampung Batu Busuk yang tahu sejarah jembatan air ini mengatakan usia bangunan tersebut sudah lebih 100 tahun.

“Tapi saya tidak tahu pasti tahun berapa pembuatannya,” katanya pada Jumat, 16 September 2022.

Jika kamu ingin ke tempat ini maka perjalanan dimulai dari persimpangan jalan sebelum gerbang Universitas Andalas Limau Manis. Kemudian belok kiri jalan menurun menuju daerah Batu Busuk hingga bertemu jembatan. Usai melewati jembatan terus saja menyusuri jalan beton hingga bertemu gedung PLTA Guranji. Bangunan PLTA ini tidak begitu besar dan sederhana.

Dibangun pada Zaman Kolonial Belanda, sebenarnya PLTA Kuranji ini merupakan pembangkit listrik tenaga air kedua yang dimiliki oleh PT Semen Padang. PLTA Kuranji diperkirakan didirikan pada 1930 untuk memasok kebutuhan listrik semen tertua dan terbesar di Indonesia ini.

Lalu dari jalan di depan PLTA Kuranji ini ada dua jalan yang bisa dilewati. Kalau ingin lebih cepat ambil jalan mendaki dari PLTA. Menyusuri jalan yang agak kecil, sekitar 3 menit sampai di Jembatan Air Batu Busuk.

Viralnya tempat ini pun berdampak kepada masyarakat sekitar. Datangnya orang orang ke tempat tersebut, dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuka bisnis jualan minuman dan makanan ringan di tempat ini. Dengan itu ekonomi masyarakat juga terbantu.

Jembatan Air

Bangunan saluran air dari beton untuk PLTA Kuranji ini tetap berfungsi meski telah berusia hampir satu abad. (Foto: Radhiatul Adhawiyah)

Dewi, 29 tahun, pedagang di Jembatan Air Batu Busuk menuturkan pengunjung lebih ramai ketika hari libur. “Maka pendapatan saya juga meningkat dari hari biasa," katanya Jumat, 16 September 2022.

Tempat ini sangat cocok untuk semua umur, terutama muda-mudi. Kebanyakan pengunjung jembatan air ini adalah remaja dan anak sekolah, dari SD sampai SMA.

Pada Jumat, 16 September 2022 seorang remaja SMP bernama Faina, 14 tahun, yang ditemukan di lokasi mengatakan tempatnya bagus.

“Alamnya indah, terus anginnya juga sejuk, jadi tempat ini cocok untuk menenangkan pikiran atau healing,” katanya.

Bila dilihat dari kondisi lingkungannya, kampung Batu Busuk ini masih asri dan memiliki banyak potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Baik wisata alam maupun wisata sejarah, karena memiliki banyak peninggalan masa penjajahan Kolonial Belanda.

Kampung Batu Busuk ini berada di ketinggian lebih 255 mdpl membuat daerah ini berhawa sejuk dengan panorama alam yang hijau dan menyegarkan mata. Cocok sebagai tempat bagi yang ingin berpetualang dan menikmati hari libur. (*)

(Radhiatul Adhawiyah dari Hutan Kemasyarakat (HKm) Padang Janiah, Pauh, Kota Padang adalah peserta Pelatihan Jurnalisme Warga “Muda Melangkah” yang diadakan WRI-Indonesia di Bukittinggi pada akhir Agustus 2022. Ini adalah tulisan feature dari pelatihan)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Banjir
Banjir Lebih Sebulan Melanda Dataran Tinggi Kerinci
krisis air
Krisis Air di Empat Pulau Mentawai, Kenapa Bisa Terjadi?
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Nelayan Sinakak Mentawai Tak Lagi Melaut di Bulan Juni
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Hutan Nagari
Hutan Adat Nagari Ampalu Masih Menunggu Perda Kabupaten
Kisah Kopi Londo di Nagari Sirukam
Kisah Kopi Londo di Nagari Sirukam