Tradisi Unik dan Langka, Menjemput Tamu dengan Pasukan Berkuda

Tradisi Unik dan Langka, Menjemput Tamu dengan  Pasukan Berkuda

Pasukan berkuda menyambut tamu sepeda santai beberapa waktu lalu. (Foto: Markus Makur/ JurnalisTravel.com)

TRADISI unik suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini tidak ada duanya di Indonesia. Sebagai penghormatan terhadap tamu, mereka menjemput dengan pasukan berkuda.

JurnalisTravel.com menyaksikan tradisi itu berlangsung pada awal 2016 di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba.

Waktu itu senja mulai beralih ke balik Gunung Komba.Tiga penunggang kuda berpakaian adat suku Rongga menyusuri jalan raya dari Kampung Lekolembo menuju Jembatan Waemokel.

Lampiran Gambar

Penunggang kuda terlihat gagah menjemput tamu. (Foto: Markus Makur/ JurnalisTravel.com)

Tiga pria penugang kuda itu memakai topi ngobe, selendang songke, kain songke, dan baju putih. Mereka adalah Antonius Ola, 47 tahun, Antonius Jani, 46 tahun, dan Yan Ngaji Jaja, 55 tahun. Mereka terkenal sebagai penunggang kuda di kampung tersebut.

Mereka bergegas menuju jembatan Waemokel untuk menjemput tamu. Jembatan tersebut pintu masuk tamu-tamu dari arah Timur menuju ke bagian barat Pulau Flores. Juga perbatasan Kabupaten Manggarai Timur dengan Kabupaten Ngada.

Waktu itu tamu yang mereka jemput ke Kota Waelengga adalah 100 dosen dan karyawan dari Universitas Flores yang sedang mengadakan tour.

Lampiran Gambar

Pasukan berkuda siap-siap menjemput tamu. (Foto: Markus Makur/ JurnalisTravel.com)

“Dari dulu kami sudah biasa menjemput tamu dengan berkuda, ini merupakan warisan leluhur suku Rongga di Kampung Lekolembo dan beberapa kampung lain,” kata Antonius Ola.

Tamu yang sering mereka jemput adalah pejabat pemerintah dan pemuka agama.

Dulu, kata Antonius, orang tuanya pernah menjemput Duta Besar Vatikan untuk Indonesia saat berkunjung ke Paroki Santo Arnoldus dan Joseph Waelengga. Juga menjemput Uskup Ruteng Mgr Wilhelmus Van Bekkum, SVD, Pater Armin Maitier, SVD, dan pastor Paroki Pertama Paroki Santo Arnoldus Waelengga.

“Saya bangga warisan budaya leluhur Suku Rongga terus dipertahankan, saya dan warga bangga dilibatkan dalam berbagai kegiatan dengan menampilkan kekhasan suku Rongga seperti menjemput tamu dengan berkuda, di Pulau Flores tradisi ini hanya ada di suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur,” jelasnya.

Lampiran Gambar

Tiga penugang kuda dengan pakaian adat bersiap menjemput tamu. (Foto: Markus Makur/ JurnalisTravel.com)

Menjemput tamu dengan berkuda tentu saja dilakukan hanya ketika kedatangan tamu yang sangat khusus.

Para penunggang kuda sendiri sehari-hari berprofesi sebagai peternak dan petani di ladang. Mereka sudah terbisa menggembalakan sapi, kerbau, dan kuda di Padang Mausui dengan menunggang kuda. Karena itu mahir menunggang kuda.

Antonius menjelaskan, pada 2015 sebanyak 15 kuda dengan penunggangnya menjemput tamu dari Keuskupan Ruteng saat kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS). Selain itu, pada awal Januari 2016 rombongan imam dan mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Ledalero, Maumere dijemput dengan pasukan berkuda.

“Kami berharap tradisi ini dipromosikan terus untuk melestarikan kekhasan budaya masyarakat Flores. saat ini sejalan dengan geliat pariwisata di Flores, tradisi ini dijadikan ikon baru dalam menjemput tamu, kami siap membentuk sanggar tradisi berkuda,” jelasnya.

Lampiran Gambar

Pasukan berkuda menuju perbatasan kampung untuk menyambut tamu. (Foto: Markus Makur/ JurnalisTravel.com)

Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Ledalero, Maumere, Ignas Ledot, SVD mengatakan, tradisi menjemput tamu dengan berkuda sangat unik dan langka. Tradisi ini hanya ada di Kabupaten Manggarai Timur. Suku Rongga masih melestarikan dan mempertahankan budaya ini.

“Selama Kuliah di STFK Ledalero sampai menjadi imam, saya baru pertama kali mengalami penjemputan orang masyarakat dengan berkuda, ini sangat menarik dan unik, saya berharap tradisi ini dipertahankan,” katanya.

Pastor Paroki Santo Arnoldus Waelengga, Hieronimus Jelahu mengatakan, tradisi menjemput tamu dengan berkuda dibangkitkan lagi. Tradisi unik hanya ada di masyarakat suku Rongga. Bahkan, selama ini kuda milik masyarakat disewa untuk horse trekking di Padang Mausui dan Teleng oleh wisatawan asing.

“Saya terus mengajak masyarakat untuk tetap memelihara kuda sehingga keberlanjutan tradisi ini dipertahankan, bahkan geliat pariwisata di Flores terus meningkat sehingga ada dampaknya bagi masyarakat lokal,” ujarnya. (Markus Makur, Flores NTT/ JurnalisTravel.com)

CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi jurnalistravel@gmail.com. Terima kasih atas bantuan Anda jika membagikan tautan.(REDAKSI)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Tag:

Baca Juga

Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau
Menapaki Jejak Minangkabau di Flores
Menapaki Jejak Minangkabau di Flores
Tempoyak Jambi
Pesona Tempoyak di Sungai Telang, Jambi
gusmen heriadi
Pameran Tunggal 25 Tahun Perjalanan Seniman Gusmen Heriadi
Mentawai
Arat Sabulungan dan Gempuran Agama di Mentawai
sinyal ponsel
Tanpa Sinyal di Lembah Tilir