APAKAH Anda pernah merasakan sensasi tidur semalaman di atas tumpukan padi? Pasti belum. Tapi jika Anda ingin mencoba, datanglah ke kampung ini, Jorong Padang Ranah dan Tanah Bato di Nagari Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
Kampung ini berjarak120 kilometer dari Kota Padang, tetapi tradisi warga dan bangunannya seperti tertinggal seabad.
Padang Ranah dan Tanah Bato adalah perkampungan tua Minangkabau dengan dengan rumah-rumah gadang kuno yang masih berdiri megah. Pada seruas jalan beraspal sepanjang 1 km di Padang Ranah berjejer rapi 56 rumah gadang beratap gonjong yang runcing-runcing seperti tanduk kerbau. Konon bangunan-bangunan ini didirikan pada 1930-an.
Jalan itu tersambung dengan seruas jalan di Tanah Bato dengan 20 rumah gadang yang berjejer di kanan-kiri jalan.
Yang unik lantai rumah gadang di sini juga tempat menyimpan padi. Saat kita masuk ke dalam rumah dan menginjak lantai, terdengar bunyi kresek padi yang terinjak tersembunyi di bawah tikar.
Saya memasuki salah satu rumah gadang suku Piliang milik Desrianti yang dibangun pada 1931.
Rumah gadangnya luas dengan ruang tamunya yang juga luas. Lantainya lebih tinggi. sekitar 50 cm dari lantai di beranda. Ketika saya injak, tikar plastik di atasnya berbunyi gemerisik.
“Itu dalamnya padi hasil panen setiap tahun,” kata Desrianti.
Tangannya kemudian menyingkap ujung tikar plastik, ternyata benar, isinya padi semua. Menurut Desrianti ada satu ton padi di lantai ruang tamu yang luas itu. Menakjubkan.
“Dari dulu sudah seperti ini, kami selalu menyimpan padi di lantai rumah gadang untuk berjaga-jaga dari musim paceklik, agar keturunan rumah gadang ini tidak kekurangan beras,” katanya.
Padi yang disimpan dalam rumah gadang juga digunakan untuk biaya perbaikan rumah gadang bila ada yang rusak.
Padi-padi itu tinggal ditutup dengan tikar pandan atau tikar plastik. Pada malam hari penghuni rumah tidur di atasnya. Tentu saja dengan menggelar kasur terlebih dulu di atasnya. Tapi terkadang ada juga yang tidur langsung di atas tikar dengan bermodal bantal.
Ternyata tidur di atasnya empuk juga. Bahkan hangat meskipun pada malam hari udara dingin mulai menusuk tulang. Apakah menimbulkan gatal di kulit? Ternyata juga tidak.
Nah, tertarik mencoba? Datanglah ke sini. Kampung ini siap menunggu wisatawan, karena masuk daftar tunggu World Heritage Cultural UNESCO.
Kampung ini diusulkan sebagai cagar budaya selain karena satu-satunya perkampungan tradisional Minangkabau yang memiliki rumah adat terbanyak yang masih asli, juga karena masih menjalankan banyak tradisi asli yang diwariskan turun-temurun. (Febrianti/ JurnalisTravel.com)
CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi jurnalistravel@gmail.com. Terima kasih atas bantuan Anda jika membagikan tautan.(REDAKSI)