Refleksi 2016 ke 2017: 'Hantu' Kalender Masehi

Lampiran Gambar

INI hanyalah tahun, buatan manusia, tak lebih. Mau kalender masehi, hijriah, cina, atau kalender lokal, tidak masalah. Menurut saya Tuhan tidak peduli.

Sejak lahir sampai sekarang saya lebih utama (seperti Anda) memakai kelender masehi. Lahir 24 Juni tahun sekian, setiap tahun kami merayakan dengan sederhana. Waktu zaman sekolahan, libur setiap Minggu. Jika gajian tanggal 25 dan 28, serta honor setiap Rabu minggu ketiga.

Tentu jumlahnya pas-pasan. Tapi saya yakin Tuhan suka dengan manusia yang pas-pasan.

Setiap tanggal 3 ada tagihan dari bank untuk kredit rumah. Sebelum tanggal 20 ada tagihan listrik yang menurut saya minta ampun besarnya dibanding pemakaian, karena tidak menikmati subsidi. Jadi beruntunglah Anda yang menikmati subsidi listrik. Sebelum tanggal 20 juga bayar tagihan internet dan TV berlangganan.

Itu adalah tanggal-tanggal masehi yang selalu saya kenang setiap bulan. Lebih kepada pemasukan dan pengeluaran. Ya, begitulah yang akan selalu menjadi pikiran umumnya kepala keluarga: pemasukan dan pengeluaran menjadi “hantu” kalender masehi.

Dulu ketika di kampung hingga remaja, saya sering menggunakan kalender hijriah juga, karena banyak acara tradisional menyambut bulan. Ada Syafar, Maulid, Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, dan sebagainya. Sebagian besar yang saya ingat adalah keluarga membuat lemang dan saya tak sabar untuk menyantapnya. Jadi kalender hijriah jadi kalender makan-makan.

Saya juga memakai kalender Cina, karena saya suka membaca nasib setahun ke depan dengan melihat shio. Kenapa saya suka shio, karena ramalannya lebih mantap dibanding yang lain. Shio juga memberikan rambu-rambu apa yang harus kita perbuat setahun ke depan (menurut kalender cina tentunya).

Orang cina itu memiliki nenek moyang yang keren, teliti dan telaten. Ilmu mereka segudang sampai membuat ramalan yang mendekati ilmiah (saya sebut mendekati, sebab mana ada ramalan nasib yang ilmiah). Pantas saja banyak orang cina yang sukses, begitu saya pikir.

Tahun cina nanti akan dimulai 28 Januari 2017 yang disebut Tahun Ayam. Sedangkan shio saya Anjing. Diramalkan bahwa Anjing dapat bertindak sebagai penjaga keamanan yang baik untuk Ayam. Sebagai terima kasih, ayam akan membalas Anjing. Tapi keberuntungan Anjing di bawah tahun sebelumnya.

Baiklah. Saya merasakan sensasi luar biasa sepanjang 2016. Saya berkenalan dengan teman-teman baru yang menyenangkan. Saya juga melakukan beberapa pekerjaan baru yang luar biasa. Saya menjalani hari-hari bersama keluarga yang luar biasa juga. Dan itu menjadi kenangan yang sangat indah.

Lebih dari itu, saya merasa memiliki semangat baru untuk menjalani masa depan setara semangat anak muda. Saya siap belajar menyambut era milenia. Hanya mungkin, nafsu yang besar ini akan dibatasi tenaga yang berkurang. Itu biasa dalam hidup.

Tapi kekurangberhasilan saya sepajang 2016 adalah kadangkala masih terlalu cepat merespon sesuatu yang tidak saya sukai dengan kata-kata yang keras. Untuk yang satu ini, saya mohon maaf kepada siapa saja yang pernah merasakannya.

Tuhan itu keras, kata seorang teman. Ya, sudah saya tidak mengikuti Tuhan yang itu... Saya mengikuti Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wow, saya tidak bisa membayangkan kedahsyatan sifat Tuhan ini. Dan tentu tidak mungkinlah manusia macam saya mampu memahami zat Tuhan.

Baiklah, sebelum betele-tele, saya ingin ucapkan: selamat tinggal 2016. Selamat datang 2017.

Selamat menikmati tahun baru kawan-kawan semua, sahabat saya yang keren. Sahabat yang pengasih dan penyayang. (Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Kota-Kota Berpotensi Hujan Pergantian Tahun Baru 2017
Kota-Kota Berpotensi Hujan Pergantian Tahun Baru 2017
Memancing Kupu-Kupu di Dangau Saribu
Memancing Kupu-Kupu di Dangau Saribu
Bukik Sakura Maninjau
Melihat Bulat Danau Maninjau di Bukit Sakura
Singkarak
Nagari Sumpu Jadikan “Manjalo Ikan Bilih” Sebagai Atraksi Wisata
Air Terjun Lubuak Bulan
Air Terjun Lubuak Bulan, Air Terjun Unik yang Ditelan Bumi
Nyarai
Ekowisata Nyarai Tetap Bertahan Meski Pandemi