Menelusuri Keunikan Kota Tambang Sawahlunto

Menelusuri Keunikan Kota Tambang Sawahlunto

Patung sejarah orang rantai, seorang mandor Belanda mengawasi para pekerja tambang batubara. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

MUSEUM GOEDANG RANSOEM

Berjarak 190 meter dari Lubang Mbah Soero, ada Museum Goedang Ransoem. Ini bekas dapur umum yang dibangun Kolonial Belanda pada 1918 untuk menyuplai makanan bagi ribuan buruh tambang, termasuk “orang rantai” dan pasien rumah sakit.

Periuk besar untuk memasak nasi ribuan pekerja orang rantai era Kolonial di Museum Goedang Ransoem. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Periuk besar untuk memasak nasi ribuan pekerja orang rantai era Kolonial di Museum Goedang Ransoem. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Sejumlah periuk,  kuali-kuali raksasa, dan tungku raksasa bermerek “Rohrendampfkesselfabrik” tahun 1894 berbahan bakar batubara membuktikan dapur umum ini sudah menggunakan peralatan memasak massal berteknologi modern pada zamannya.

Di sini kita bisa menonton film dokumenter wisata tambang Sawahlunto berdurasi 15 menit di Ruang Audio-Visual. Ada tiga judul film yang ditawarkan.

Lebih setengah kilometer dari Museum Goedang Ransoem kita bisa mengunjungi Museum Kereta Api yang terletak di Stasiun Sawahlunto. Di sini bisa disaksikan peninggalan kejayaan perkeretaapian Sumatera Barat yang dibangun akhir abad ke-19.

Tungku raksasa untuk memasak konsumsi ribuan orang rantai di Museum Goedang Ransoem. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Tungku raksasa untuk memasak konsumsi ribuan orang rantai di Museum Goedang Ransoem. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Ini museum kereta api kedua di Indonesia setelah Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. Kita bisa menyaksikan sejumlah peralatan kereta api zaman Kolonial. Selama beberapa tahun kereta api wisata dengan lokouap yang di Sumatera Barat disebut “Mak Itam” (Paman Hitam) bisa dinikmati. Namun sejak beberapa tahun lalu kereta tua ini tidak berfungsi.

Kereta api lokouap jenis ini adalah transportasi utama ekspor batubara dari Sawahlunto melewati Pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) di Padang sepanjang 155,5 km sejak dibangun 1894.

Lokouap berbahan bakar batubara yang digelari "Mak Itam" di Stasiun Sawahlunto yang kini menjadi museum Kereta Api. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Lokouap berbahan bakar batubara yang digelari "Mak Itam" di Stasiun Sawahlunto yang kini menjadi museum Kereta Api. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Untuk tujuan wisata, Mak Itam berbahan bakar batubara ini pernah dioperasikan membawa dua gerbong ala kereta api cowboy setiap hari Minggu ke daerah sentra tenun di Silungkang pergi-pulang.

Saya benar-benar surprise dengan Kota Sawahlunto. Sawahlunto adalah kota tambang batubara yang mati setelah aktivitas penambangan menurun setelah dieksploitasi lebih satu abad.

Adalah Wali Kota Amran Nur dua periode yang bertekad menjadikannya sebagai kota wisata tambang. Ini pilihan terbaik daripada terus mengandalkan batubara yang tinggal untuk tambang dalam yang sulit dieksploitasi.

Sebuah gereja bangunan era Kolonial di Sawahluto. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Sebuah gereja bangunan era Kolonial di Sawahluto. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Saya surprise karena impian Amran menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata terwujud. Tiga lokasi objek wisata sejarah yang baru saya lihat masih direncanakan ketika saya berkunjung pada 2005. Pada 2013 semuanya terwujud dan dikelola dengan sangat bagus.

Ada selusin bangunan bersejarah peninggalan Kolonial Belanda di kota, semuanya sudah enak dipandang karena terawat. Gedung ruang pertemuan di masa lalu yang dibangun pada 1910 dengan nama “Gluck Auf”, tempat para pejabat Kolonial menari dan menanyi, kini menjadi Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto. Ada kafe di sampingnya yang setiap hari melayani aneka makanan khas setempat.

Di sudut-sudut jalan raya terdapat bangku taman yang cantik mengarah ke panorama objek wisata. Juga ada toilet umum yang indah di pinggir jalan.

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa
Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?
Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah