Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa

Kompleks Candi Padang Roco di Dharmasraya. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

RAJA TERAKHIR

Meski para ahli arkeologi belum bisa memastikan lokasi istana kerajaan ini, tapi temuan sejumlah candi dari susunan batu bata merah menggambarkan tempat ini pada zamannya merupakan pusat agama Hindu-Budha Tantrayana yang penting.

Lampiran Gambar

Dharmasraya diyakini merupakan lanjutan dari Kerajaan Malayu yang semula berpusat di muara Jambi dan eksis sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Setelah Sriwijaya hancur, pusat kerajaan kemudian dipindahkan ke Dharmasraya melalui Sungai Batanghari. Dharmasraya eksis sekitar 1286 hingga 1347 Masehi.

JurnalisTravel.com)

Lokasi beberapa candi peninggalan Kerajaan Dharmasraya di pinggir Batang Hari di Sumatera Barat. Batang Hari terus membelah Provinsi Jambi dan bermuara di Selat Berhala, Jambi. (JurnalisTravel.com)

Meski begitu, ibukota Kerajaan Malayu ini juga pernah dipindahkan dari Dharmasraya ke Suruaso di Tanahdatar oleh Raja Akarendrawarman yang diperkirakan paman Adityawarman pada 1310. Dharmasraya berubah status menjadi semacam provinsi. Pemindahan diduga terkait pencarian sumber emas yang lebih banyak dan alasan keamanan.

Lampiran Gambar

Sungai Batang Hari dipotret dari Padang Roco dekat lokasi candi tempat Arca Bhairawa ditemukan. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Di era pemerintahan Raja Adityawarman, raja yang terkenal meninggalkan banyak prasasti di Pagaruyung ini diduga sudah berkedudukan di Saruaso. Adityawarman diduga sebagai raja terakhir ketika agama Hindu-Buddha perlahan namun pasti terkena Islamisasi di Pulau Sumatera yang dimulai abad ke-12 hingga abad ke-15.

Lampiran Gambar

Negeri kaya emas. Setengah bagian badan patung sebesar jari terbuat dari emas murni hasil peninggala era Kerajaan Dharmasraya yang ditermukan penduduk dekat candi di sungai Batang Hari. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Jika Anda ingin melihat kebesaran bekas Kerajaan Dharmasraya yang bisa dilihat adalah beberapa candi yang sebagian telah selesai dieskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar sejak dimulai 1990. Selain itu juga terdapat sejumlah lokasi bekas candi yang belum dieskavasi.

Tapi Anda tidak bisa membayangkan candi-candi tersebut seperti candi dari batu seperti di Jawa. Candi-candi ini terbuat dari batubata merah seperti Candi Muara Takus di Jambi. Itupun kerusakan yang parah menyebabkan hasil final pembangunan kembali candi tingginya tak sampai 2 meter.

Kompleks-kompleks candi ini terletak terpisah di seberang sungai Batanghari. Mengunjungi satu lokasi candi ke lokasi yang lain hanya bisa ditempuh dengan perahu motor berjarak hingga 7 km.

Lampiran Gambar

Bagian kaki patung dari batu andesit yang ditemukan dekat lokasi candi yang diduga salah satu patung pengiring Arca Amoghapasha ketika ekspedisi Pamalayu era Singosari. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Komplek Candi yang terkenal adalah Padang Roco di Sungai Langsat. Di kompleks candi terdapat sebuah candi induk dan dua candi perwara atau candi pengawal. Di sinilah ditemukan alas Arca Amoghapasa yang berisi prasasti yang menyebutkan Ekspedisi Pamalayu. Sedangkan Arca Amoghapasa ditemukan di Situs Rambahan berjarak 7 km arah ke hulu.

Di pinggir sungai, tak jauh dari kompleks candi inilah Arca Bhairawa ditemukan Pemerintah Kolonial Belanda pada 1935, kemudian dibawa ke Bukittinggi, lalu dipindah ke Museum Nasional.

SATU ARCA MASUK SUNGAI

Menurut Bakhtiar, 54 tahun (pada 2007) warga setempat yang juga penjaga candi Padang Roco, ketika ditemukan di Sungai Lansek, kira-kira 10 meter dari bibir sungai, ada dua Archa Bhairawa.

Namun ketika diangkut pada zaman Kolonial Belanda itu, sebuah arca terjatuh dari rakit ke dalam sungai Batang Hari. Lokasi jatuhnya kini telah menjadi sawah, namun belum ada upaya penggalian untuk mencarinya.

Lampiran Gambar

"Di sini dulu berdiri kedua Arca Bhairawa," kata Bakhtiar di lokasi 10 meter dari tebing badan sungai Batang Hari di Sungai Lansek, tak jauh dari Candi Padang Roco. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

“Ada penduduk sekarang berusia lebih 80 tahun yang ingat waktu kecil menyaksikan dua arca itu tergeletak di sini, sebelumnya posisinya berdiri dan kedua arca itu perlahan-lahan rebah karena sering disenggol gajah yang menggaruk-garukan badannnya ke sana,” ujarnya.

Sayang cerita ada duanya arca ini tak pernah tercatat dalam sejarah penanganan arca Bhairawa.

Posisi kedua arca tersebut menjadi gerbang masuk dari sungai menuju lokasi situs yang diperkirakan dulunya seluas 500 meter kali 500 meter.  Lokasi Padang Roco yang luas diduga dulunya juga menjadi pusat Kerajaan Dharmasraya.

Lampiran Gambar

Hamparan sawah di pinggir sungai Barang Hari yang dulu badan sungai disebut lokasi tempat satu Arca Bhairawa terjatuh ketika dibawa dengan rakit era Kolonial Belanda. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Kompleks candi lain yang menarik adalah Kompleks Candi Pulau Sawah I dan Pulau Sawah II. Kompleks ini sebuah bukit seluas 15 hektare yang hampir seluruhnya dikelilingi sungai Batanghari yang bertemu anak Sungai Pingian.

Meski di sini diindikasikan terdapat 11 struktur bangunan dari batubata dan tiga di antaranya sudah dipastikan bangunan candi, namun baru dua candi yang sudah diekskavasi dan dibangun kembali.

Lampiran Gambar

Candi Pulau Sawah I. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Membayangkan 11 candi terletak di atas bukit ini dan berada di lokasi penting sungai Batanghari yang menjadi jalan raya di masa lampau, terasa Dharmasraya merupakan kerajaan besar.

Dengan lebar sungai 500 meter dan dalam 5 meter, sungai ini menjadi jalur transportasi penting di masa lampau dari Muara Jambi di Selatan Malaka menuju pedalamann Sumatra Barat dengan banyak kapal melayarinya yang bahkan sampai bermuatan lebih 100 orang.

Lampiran Gambar

Candi Pulau Sawah II. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

Sebenarnya masih banyak lokasi candi yang bekasnya ditemukan di sekitar tempat itu. Misalnya Kompleks Candi Awang Maombiek yang sampai sekarang belum diekskavasi. Upaya pemerintah terlihat sangat terbatas untuk mengerjakan ini.

Kompleks Pulau Sawah terletak di seberang sungai dari Rumah Gadang Kerajaan Siguntur. Kerajaan Siguntur diyakini lanjutan dari Kerajaan Dharmasraya setelah Islam.

Bertemu dengan keluarga kerajaan yang dipimpin raja ketujuh Kerajaan Siguntur, Sultan Hendri Tuanku Bagindo Ratu, kami diperlihatkan dua stempel kerajaan. Satu stempel bergambar bunga Padma yang diyakini stempel Kerajaan Dharmasraya dan satu stempel bertuliskan huruf Arab zaman Kerajaan Siguntur.

Lampiran Gambar

Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar memperlihatkan penemuanbeberapa bagian ornamen candi dan arca di lokasi penggalian candi Pulau Sawah, Dharmasraya. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Keluarga kerajaan juga memperlihatkan sejumlah benda pusaka lain yang merupakan warisan dan hasil penggalian di situs candi Pulau Sawah. Di antara sejumlah pedang, tombak, guci, dan keris berbalut emas dan berhiaskan berlian. Juga sepotong bagian kaki patung sebesar jari dari emas.

Benda-benda ini tentu tidak bisa dilihat sembarang pengunjung. Apalagi ini hanya sedikit dari banyak peninggalan kerajaan yang sudah hilang di tangan penadah akibat lemahnya pengawasan penyimpanan benda pusaka.


Cara Ke Dharmasraya

  • Lokasi candi-candi Dharmasraya belum dijadikan objek wisata yang digarap serius, karena itu fasilitas untuk turis hampir tidak ada.
  • Satu-satunya cara ke lokasi adalah mendarat dengan pesawat di Kota Padang dan menempuh jalur darat 233 km sekitar 4 jam menuju Pulau Punjung, ibukota Kabupaten Dharmasraya. Ada bus umum ke sana, tapi lebih cepat menyewa mobil rental.
Lampiran Gambar

Ke lokasi Padang Roco mesti melewati kapal penyeberangan melintasi Batang Hari. (Foto: Syofiardi Bachyul Jb/ JurnalisTravel.com)

  • Kunjungi Rumah Gadang Kerajaan Siguntur yang terletak di tepi Sungai Batanghari di Kenagarian (Desa) Siguntur. Anda bisa minta bantuan keluarga ini untuk informasi ke lokasi-lokasi candi. Lokasi Candi Pulau Sawah hanya bisa dilewati dengan menyeberang menggunakan sampan.
  • Untuk mencapai Kompleks Candi Padang Roco bisa langsung dengan kendaraan. Tapi kendaraan Anda terpaksa menyeberangi sungai Batanghari dengan Sampan Penyeberangan.
  • Jika tidak bisa langsung ke Padang ketika kembali, Anda bisa menginap di salah satu hotel kecil di Pulau Punjung.
  • Cara lain ke lokasi candi adalah dengan meminta bantuan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar Telepon 0752-71451 dan 0752-72322. (Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

(Tulisan ini berdasarkan liputan dan ditulis 2007, diperbarui 2016)

Tulisan dan foto-foto ini adalah hak milik JurnalisTravel.com dan dilarang mengambil atau menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak di media lain tanpa izin. Jika Anda berminat pada tulisan dan foto bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com untuk keterangan lebih lanjut. Kami sangat berterima kasih jika Anda menyukai tulisan dan foto untuk diketahui orang lain dengan menyebarkan tautan (link) ke situs ini. Kutipan paling banyak dua paragraf untuk pengantar tautan kami perbolehkan. (REDAKSI)

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Mengangkat Kemegahan Dharmasraya
Mengangkat Kemegahan Dharmasraya
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?
Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah